Puisi rindu – Rindu barangkali adalah satu kata yang sangat sering kita dengar di kehidupan sehari-hari, selain cinta. Kita pun dapat merasakan rindu pada banyak hal. Ketika rindu sudah amat menyesakkan hati, puisi bisa menjadi salah satu jawaban.
Berikut ada kumpulan puisi rindu untuk kalian nikmati, semoga dapat mewakili kerinduan yang tengah dirasakan.
Contents
- Kumpulan Puisi Rindu
- Sebuah Bangku di Jalan Pulang
- Tanpa Rangkulan Tangan
- Sebuah Gelas yang Kosong
- Sepasang Sepatu Lusuh
- Hujan Kemarin Sore
- Pertengkaran Terakhir
- Mengenai Tawa yang Hilang
- Buket Bunga Hari Pernikahan
- Satu Taman di Masa Kecil
- Pelukan Doa
- Nasi Aking
- Dongeng Penghujung Hati
- Kembali Pulang
- Pelangi Impian
- Teduh Pepohonan
- Bola Mata Palsu
- Bingkai Pigura
- Untuk Satu Nama
- Menuju Senja
- Rindu, Masihkah Pantas?
- Rinduku di Ujung Sepi
- Kepergianmu
- Kekasih
- Tak Ingat Tak Tahu
- Kerinduan
- Rindu Kenangan
- Rinduku
- Rindu Terbesarku
- Sebuah Renungan
- Secangkir Kopi Dan Sebatang Rokok
- Ratapan
Kumpulan Puisi Rindu
Sebuah Bangku di Jalan Pulang

*****
Tak berbeda sebelum kita saling mengenal
Melewati tiap jejak langkah yang terhapus masa
Usang kenanganlah yang membawa pergi sejauh mata memandang
Keluar dari cangkang perlindungan menuju indahnya pelangi
melawan semua pemikiran yang mengaku dewasa
Berdemonstrasi melawan suara yang mengoyak
*****
“belum saatnya”
bukan pertumpahan darah yang kita amini
Sesekali hanya genangan air mata, dan erangan tanpa luka
Entah apa yang membawamu pergi
Bersama guguran daun mahoni di akhir bulan Juni
Tak bisa ku teruskan langkah kembali
Di bangku kosong, hujan daun jati menyadarkanku
Langkah menjadi semakin berat tanpa kehadiranmu
*****
Tanpa Rangkulan Tangan

*****
Mengapa mereka meributkan terik?
Keluhkan hujan yang menyerbu ketika bumi diam?
Kepada siapa pula mereka tak berhenti mengumpat? Tentang macet mengular sepanjang jalan
*****
Untuk apa mereka menghirup pekat polusi?
Dunia masih indah walau matahari bersemanggat hingga kita berkeringat
Senyum tak luntur kala deras hujan coba menghapus
*****
Rangkulan tangan yang memeluk pinggangku seolah-olah menjadi amunisi
Buatku percaya. Dunia tetap indah meski seribu keburukan coba merusak
Apa kau dengar? Kulafalkan kalimat itu jutaan kali.
Dunia tetap indah dengan seribu keburukan
*****
Seolah petir yang menyusup dalam hujan
Aku tak memikirkan sebuah celah yang meruntuhkan kokoh pendirianku
Ya… sekarang aku tahu
Seribu keburukan menjadi lebih membahagiakan dengan tangan yang kau pelukan
*****
Sebuah Gelas yang Kosong

*****
Dua sendok kopi dalam titik didih yang panas
Aroma lilin menyamarkan asap tungku dengan perapian
Tak bosan aku memandang garis muka yang membekas dan kurindu
*****
Seperti liar mereka mencurinya yang telah meluluhkan hati ini
Seperti pasrah mereka berusaha merengguk ayu wajah telur angsa
Usaha yang selalu gagal dan kau akan selalu indah
*****
Aku tidak bosan mengenang …
Sebagai bentuk kasih yang bisa kudedikasikan sekarang
Bahkan untuk penghianatan semesta mencuri andromeda
*****
Nafasku adalah kerinduan ….
Detak jantungku kian kencang menggedor dada
Gelas yang kosong, lubang kugali untuk bertemu lagi dengan gadisku
*****
Sepasang Sepatu Lusuh

*****
Gesekan angin yang menghembuskan rindu kian cepat
Sebuah potongan aroma dusta telah ku kubur jauh ke inti bumi tanpa lelah
Aku menyerahkan diri pada waktu
Erat temali diantara sela jari-jari adalah penawarnya
Tak perlu kau berusaha payah membuatku mengaku
*****
Setiap waktu detak jantungku akan menuliskan kata rindu
Kepada dia yang telah direnggut pergi
Kepada dia yang menemani sepatu lusuhku berlari
Menebar benih kasih dan rasa sakit
Aku menua bersama mimpi yang telah mati
*****
Hujan Kemarin Sore

*****
Aroma hujan membuat bau lain kian nestapa
Perlakuanku tetap sama kepada hujan yang selalu ku anggap istimewa
Semua rongga terbuka menampung aroma hujan lebih lama dalam dada
*****
Kepada hujan aku berpesan
Bawalah rinduku hanyut untuk dipungut kembali
Seperti hujan yang menguatkan
Aku akan tegar
Kunci yang kau bawa akan mengunci hati gelisah ini
*****
Rumput basah dalam kedamaian
Membebaskan hatiku melangkah jauh
Menembus tanah yang engkau pijak
*****
Pertengkaran Terakhir

*****
Jika kalian menanyakan padaku, kapan waktunya?
Ketika meja operasi terlihat terang dengan para petugas yang kewalahan
Lima kali lebaran, ribuan orang memenuhi dan membawa kesakitan
Ribuan kisah kemenangan diserukan, bersama tetes peluh dari seragam tak tersentuh
*****
Dengung kekalahan bagai mitos
janggal dan jarang dikenal telinga
Lima kali lebaran namun tetap diriku tidak kuasa melupakan
Tangis menyeruak menuntunku di dalam kesepian
*****
Kauberikan aku bayi laki-laki sebagai kado “aku pamit”
pada kalian yang juga kalah …. aku memborong rindu itu
*****
Suara makin tinggi sambil emosi tanda permusuhan tanpa akhir
Cicit tikus menyeruak dalam nasi basi
Suatu bantalan jalan sama sekali tidak empuk memeluk
Dari balik kemudi kuserahkan, jiwaku, menggantikan dirimu yang sudah berjuang
*****
Mengenai Tawa yang Hilang

*****
Kalau tiada penerapan kata abadi untuk cerita yang tepat, maka hendak kupinjam sesaat buat melengkapi penggalan cerita kita
tergores dalam perjalanan tak berjeda, gema tawa memekakkan penjuru dunia
Air mata buaya kuanggap cocok untuk pertikaian yang hilang sekedip mata
Apa yang kita perebutkan … kalau bisa dibagi dua
Kau terlihat kekanakan, barangkali aku juga
Tinggi kita barangkali tidak lebih dari sepertiga orang dewasa
Namun orang dewasa mana yang bersenang-senang layaknya kita?
*****
Apapun, dedaunan kering, tanah basah, cacing dan ulat bulu tampak lucu
memecahkan tawa, merangkai mimpi, menguatkan, lalu melupakan
Akhir dari cerita yang wajib ku akui takkan pernah ada
mendewasa lupakanmu, agar tetap ramaikan bumi denganku
*****
Buket Bunga Hari Pernikahan

*****
Alunan melodi merdu, membelai lembut pasrahnya gendang telingaku
Waktu itu tidak kudengar apapun yang lebih mempesona
Waktu seolah-olah terhenti dan bumi berhenti berotasi
*****
buaian cinta mengantarkan damai di antara jajaran kaki kayu
tidak sekadar tentang suaranya, namun apa yang ia bawa keluar ke singgasana
Seorang ratu kelak membuat kami patuh
*****
Berada dalam istana nyata usai kita mimpikan puluhan tahun
Kebahagiaanku pelan-pelan tergoncang
Pupus dan berai umpama manik-manik yang tumpah
Seikat mawar tak berduri merobek hati dalam satu sayatan
Tenang, pangeran nanti memboyongmu menuju istana yang lebih indah
*****
Satu Taman di Masa Kecil

*****
Aster selalu berbunga, mekar bersama anggrek yang masih menjadi penguasa
berjajar membentuk motif lurik yang mirip dengan selimut di kamar
Satu-satunya tempat yang menjauhkan hari-hari kebersamaan kita
Kau tentu paham, betapa seru mengumpet di bawah rak bambu
menemukan lokasi sembunyi buat berbagi sepotong roti
bisikkan kalimat rahasia tentang alam raya yang kita lamunkan
Ah … pasti tak demikian,
Kita cuma bocah empat tahun yang bermain di markas pinjaman
berbungkus tembok bening, orang dewasa menyebutnya rumah kaca
*****
Pelukan Doa

*****
Di bumi yang ku injak, jauh kutinggalkan tahta putra mahkota
menanggalkan baju kebesaran, dan mengenakan pakaian yang mirip rakyat jelata
Tanpa gelar, tak ada penghormatan serta tanpa sesuatu spesial
aku berjalan menuju bumi jauh seperti yang kau kabarkan
Bersama dengan pemintal mimpi
Penenun asa dan penyair keelokan masa yang akan datang
*****
Keraguan mengawasi buat mampu bertahan di tanah asing
pada ikatan lontar waktu yang lama wajib kulewati tanpa pengawalan
Tanpa senjata, kau selalu kabur tiap dekat
Tanpa perisai kau biarkan aku pergi
*****
Katamu, kemenangan yang nanti dibawa pulang berupa kemandirian
Katamu, kebaikan yang membuat tahta tak goyah adalah iman
Dan katamu, tanpa persiapan lima dekade lalu kalian tetap sama
Katamu, pelukan doa yang kau panjatkan selalu bersamaku
*****
Nasi Aking

*****
Tanpa gelontoran minum, ia tetap gigih mengganjal kerongkongan
Sebabkan tersedak tanpa rasa enak yang dipuji sensor-sensor rasa
Memicu mual dan membuka jalan keluar, kalah dari yang sudah tertelan
*****
Kulit tanpa tabir surya, seolah ia paling berani menantang terik matahari jam 12
Sesejuk apapun, semilir angin tidak akan mampu menghapuskan panas yang ia berikan sebagai upaya balas dendam
Sungai seolah dipaksa kering, menemani hasil panen yang semakin memprihatinkan
Anyaman bambu seolah menjadi hasil karya terbaik yang selalu ada di seluruh penjuru
Menutup kepala, menjadi alas duduk dan membungkus cinta dari istri dalam sebuah hidangan istimewa
*****
Dongeng Penghujung Hati

*****
Waktu yang merenggut kenangan paling banyak
Menyisakan sedikit untuk ku pakai lagi dengan memenuhi
segala tempat tentang masa-masa itu
*****
Surau sudah tidak punya kawan berbagi sepi
Bergandengan kami melewati pematang amat becek saat musim hujan tiba
Rumah cuma membiarkan satu lampu yang berpijar
Televisi hitam putih terlatih membisu menjadi saksi
*****
Dua puluh lima perca cerita terus berepetisi
berputar ibarat bianglala yang selalu memancing tawa ria
Anggukan paham, dan gerak lisan panjatkan doa
*****
Aku bersila menyimak kisah ribuan tahun silam dibangkitkan seolah-olah tengah duduk bersama
Dua puluh lima nama, aku paham seperti lagu
Dia Adam adalah nama pertama
usai shalat isya tuntas surau lakukan
*****
Kembali Pulang

*****
Sirnalah sudah sebuah kilasan mimpi
Tergerus oleh waktu dan tak bisa kulawan
Terlalu lemah untuk kami yang tak memiliki emas penyimpan petaka
Mereka berdalih atas berkeadilan, sama rasa sama rata
*****
Hari ini ia kembali pulang, setelah mengembara membuktikan sebuah keyakinan
Bumi yang adil, bumi yang penyayang
212 bangsal tempat ia berdikari, menahan pedih tanpa dolar penglaris
keras kepala, kepala batu dengan jeruji besi melingkar
*****
Aku mengingatkan ketika suaraku tak lagi merdu dan lantang
Kebaikan yang kau anggap sumber kehidupan akan membunuh dirimu
Rasa welas tidak ada untuk kita yang tidak memiliki sepanci beras
*****
212 yang tertulis di mana pun akan tetap menyakitkan
Mengingatkan pada suara lemah penebar benih kebaikan
Kita yang tidak menanam tidak akan perah mencicipi buahnya, katamu
*****
Pelangi Impian

*****
Terbang sendiri terayun hempasan di langit nan terik
Peluh bahkan sudah seperti hujan yang turun di bulan Desember
Tertoreh jarak hanya sejengkal menuju rasa sakit itu
Seperti tak kuat, aku meratap berharap kepada pintu langit nan luas
Memimpikan setitik hujan akan turun
Memohon demi redupnya matahari yang begitu kejam
Terus angin membawa aku jauh, berpindah ke sana ke mari
Menemui banyak gulungan kapas putih yang bertebaran
Terlihat dunia begitu indah dan hanya aku yang tidak merasakan keindahannya
Terdengar jerit tawa dan aku tak lagi mampu mengucap sepatah katapun
Padamu yang Esa tunggal harapan kupasrahkan segalanya
Harta satu yang ku simpan dari panggangan terik yang kian menyengat Kepadamu aku guratkan
Sekiranya gerimis akan membuat langit nampak indah
Menumbuhkan gersangnya ladang impian yang telah ditinggal begitu saja
*****
Dalam sakit aku bisa merasakan indahnya pelangi
Seperti ia datang kembali mengetuk pintu hati yang goyah
Melengkung indah membuat iri matahari
Aku sentuh jemari itu, untuk selamanya kembali menyatu
*****
Teduh Pepohonan

*****
Percik, acak, tercerai
Aku, kita, semua menghilang
Terik, teduh, dan terbakar
Savana menghilang tergantikan oleh gersangnya pandangan
Sebuah kata dusta membabat pohon-pohon nan rindang
Melukai tangan kecil, menyuarakan “inilah rumah kita”
Aku, kamu tak kan menjadi kami
Tergerus… hilang…. mereka menang
*****
Bila kemarin tanganku selalu kau gandeng dengan eratnya
Menuntun menuju kepastian tujuan yang kian dekat
bila terik kau jadikan letupan semangat
dan hujan kau bilang penumbuh mimpi
*****
lalu, aku sendiri
linglung mencari sisa kekejaman
mencari kilatan pada ujung tombak
darah mengalir, hangat kurasakan aku mengandeng
kau janji tak akan pernah pergi. Lupakah?
katamu jemari kita tercipta untuk bersatu
lupakah?
Biarkanlah potongan tangan itu hilang dimakan kejam
*****
Aku lebih baik tidak memilikinya lagi
Kutinggalkan ujung tombak sebagai kawan
Ia yang memisahkan aku dari sisa kenangan
yang indah
Diriku mengubur rindu, bersama satu yang selalu kau peluk erat
Perlukah aku cabut hati dan ikut menguburnya?
*****
Bola Mata Palsu

*****
Aku mendapatkan kekuatan itu, dari sepasang bola mata nan jernih
Tak pernah terpejam, dijaga oleh kembar lingkar hitam yang memukau
Menularkan semangat, menggali bohlam lampu menyala yang dibisikkan oleh bumi
Gesitnya kau bergerak, mengalahkan cepat lebah menghampiri bunga nan manis
*****
Kerinduan menjadi pudar, jarak kita kian melebar
Meleburkan batas aku dan kamu melalui sepasang mata yang bercahaya
Masuk ke dalamnya adalah Nirwana dengan banyak kedamaian yang tak pernah kau ucapkan
Kekal, hanya potongan doa, aku ingin di dalam sana selamanya
denganmu
*****
Pertempuran yang tak lagi kau menangkan
Itu sekali dalam masa yang lama
Aku bukan juri, tapi aku bagaikan potongan tanganmu yang terasa sakit pula
Riuh tepuk tangan menjadi isakan tangis bersahutan
*****
Bola mata itu kian pudar….
Menutup pintu surga tempat aku masuk ke dalam sana
Tak lagi bercahaya kau ku tangkap dalam karangan doa
Berukir tanda dengan abjad yang ditulis aksara indah
Di sana kau terbaring untuk selamanya
*****
Bingkai Pigura

*****
Dalam dinding yang rapuh, kenangan kuat masih tetap tergantung
Menyadarkan kebersamaan meski jarak bersikukuh tak sudi menyatukan
Siapa sangka kotak yang tergantung itu menampung kenangan yang begitu indahnya
Bersinarnya dua jari diantara selusin orang berjejer mendiam
*****
Kami yang terikat oleh cincin yang melekat pada jari manis
Lalu hujan berkah menuruni kami , membasahi setiap pori dan mengisinya dengan kemujuran
Menumbuhkan benih cinta, mengubah aku dan kamu menjadi banyak
*****
Beberapa orang menggunakan nama belakangku, dia perempuan
Dan beberapa menggunakan namamu, dia pejantan
Ribut rumah ini oleh tangisan, pernah sesekali
Kacau rumah ini oleh mereka yang tak mau terdiam, pernah jua
*****
Kepada siang dan malam kita menggantungkan harapan bersama
Mereka menyampaikan doa tinggi hingga mengetuk pintu langit
Sekali lagi hujan berkah selalu membasahi kita yang bercinta
*****
Mengharuskan kita penuh dengan tawa, mereka kita tidak menangis lagi
Perlahan kita hanya menjadi aku …
Waktu berjalan perlahan, kita menyisakan aku
*****
Untuk Satu Nama

******
Aku mengukir sendiri namamu dengan huruf kapital tebal
Menggoreskan tinta abadi dengan tekanan teramat dalam
Berharap kau adalah satu-satunya pemilik kenanganku tentang berdua
Jatuh cinta padamu di setiap detik kebersamaan
******
Aku suka saat kau menari diantara tetesan hujan
Basah membuat tubuhmu berbunga
Aku suka kau bicara
Merdu mengalahkan kicauan alam
Bahkan kau terdiam, aku jatuh cinta
Kedamaian menghipnotis di setiap tatapan
******
Tidak ada bosan aku melihat kau bermain dengan angin
Hempasan itu menyebarkan aroma tubuh yang wangi menenangkan
Duduk meratap, kusediakan dua cangkir
Mencicipi keduanya solah kau ikut menengguk
******
Lihatlah,
Satu nama abadi dalam hatiku
Tertulis jelas tidak akan pernah hilang
Untuk sebuah nama aku menunggu
Hanya satu cinta bersamamu yang aku mau
******
Menuju Senja

*****
Katanya,
perjumpaan baru bermakna usai tiba perpisahan
Katanya,
arti memiliki akan dimengerti jika sudah kehilangan
*****
Aku tidak pernah mengerti mengapa kalimat tersebut terasa familiar
Yang aku pahami
Selamanya: Aku milikmu dan kau milikku
Perpisahan hanyalah ilusi
Kehilangan adalah sebuah khayal
*****
Menuju senja
Tali itu kau lepas penuh emosi
Kaupatahkan jariku yang menjaga ikatan kita
Banjir darah dan tangis kau anggap tanda merdeka
Rasa rindu hari kemarin masih menghantuiku
Tak peduli sekeras apa kucari jalur pelarian
Sesampainya di sana kau sambut aku dengan tawa meremehkan
*****
Rindu, Masihkah Pantas?

*****
Aku berjalan arogan ketika kau memohon
berlari menjauh bahkan ketika kau mengiba
Kubuang segalanya, aku enggan peduli
Kupikir jelajah tanah seberang tentu lebih menarik
*****
Aku menjumpai taman yang sangat indah
Aku melewati istana yang terlampau mewah
Ratapan tangis masih bisa kudengar hingga di sini
Apa peduliku, segalanya berakhir sudah
Tanah seberang, tempat idaman
Gerbang istana membuka diri untukku, persilakan bertahta
*****
Mimpi? Yang kualami bukan
Saksikan! Memang elok kehidupan seberang
Tak ada sesal kutinggalkan gubuk yang bagimu calon istana kita
Reyot akan terus reyot
Penuh sesal jika ingat pernah ku singgah berteduh di sana
Biar kuputuskan jembatan penghubung ini
Takkan mungkin pernah aku merindu berharap kembali
*****
Sesal ternyata selalu mengakhiri
Istana sekarang terasa menjemukan
terlempar jauh dari tempat asalku
ombak buas tak mengizinkanku berlayar
*****
Rinduku di Ujung Sepi

*****
Rintik gerimis yang meritmik
Di suram angkasa senja
kulelehkan rindu di ujung netra,
menari gemulai ia di padang angan.
*****
Gurat sosokmu yang manja,
Menyerang di tiap sudut sunyi.
kubisikkan namamu di dalam
kenang lisanku yang berdoa.
*****
Kasih, lihatlah …
Lengkung tujuh warna lembut,
hiasi langit setelah hujan reda.
ibarat hampar selendang mayang,
menuliskan arti kata rinduku.
*****
Dan telah kucoba sampaikan jua,
melalui hembus bayu yang menujumu.
Kuharap ia akan antarkan,
Semua tentang rinduku yang terbata-bata.
*****
Kepergianmu

*****
Kepergianmu hamburkan jutaan kenang
Kepergianmu menarik setengah diriku
Kepergianmu menjerat sukmaku
*****
Kehilanganmu sudah sebabkan pilu membiru
Cinta sucimu mengikat jiwa dan hati
sampai tiada berhasrat diriku mencari sosok pengganti
Hilangmu tinggikan sesal di laut sanubari
*****
sekarang ditambah dengan rasa kehilanganmu
Waktu seolah-olah membunuhku di rimba rindu
Di kesepian hariku, kau
sebarkan wangi cinta ke dalam diriku
*****
Kekasih

*****
Entah dari mana aku harus mengawali
entah dari mana aku wajib mencari
entah hakim mana yang patut kudatangi
entah langit mana yang perlu kutengadahi
*****
Kekasih
rindu ini memang normal
kombinasi dari ambisi dan ketidakmampuan diri terima keadaan
kerinduan ini adalah perjuangan yang sudah selesai tapi masih riuh terniang,,
*****
Kekasih
dalamnya hati merupakan keabsurdan yang takkan sanggup ku ukur
seperti koyak pedih di dalam kerinduanku
sampai tak ada yang bisa kusanding, terlebih lagi waktu
*****
Kekasih
kalau masaku tamat dalam perbedaan,,
aku takkan memilih surga dan takkan kuhiraukan pula neraka
aku akan memilihmu untuk menebus jerat rindu
*****
Kekasih
lihat aku yang kian cacat dan lusuh
lihat keadaanku sebagai bayaran yang takkan pernah tuntas
tebusanku akan merindukanmu
*****
Tak Ingat Tak Tahu

*****
Rinduku senantiasa membawa namamu
yang selalu debarkan jantungku kencang
sukar kutahan naluri ini
Selalu begini, tiap waktu
namun, kamu tidak ingat dan tidak sadar
*****
Dan lalu aku yang terjerembab di kubangan rasa
Rasa menggebu sejak zaman dulu kala
Dan kamu takkan pernah ingat dan takkan pernah sadar
*****
Cinta dan harapan untukmu terukir begitu kuat
di tulang rusukku, aliri pembuluh darahku
menghantam keras sebabkan lebih cepatnya debar jantungku
Sedikit saja, kamu tak tahu dan tak paham
*****
Layaknya menghitung jumlah bintang di malam cerah
Layaknya menghitung rintik hujan yang menyapa tanah
Layaknya menghitung butiran pasir di pantai tak bernama
hingga mati kamu takkan ingat atau tahu
kalau di sini ada satu hati yang menanti, satu cinta yang membelenggu diri sendiri
*****
Kerinduan

*****
ketika surya bersinar lagi
Ku melamun di dalam penjara suci
Ku terkenang selamanya tentang engkau
kupanggil seterusnya namamu
*****
Kamu teramat dekat dengan hatiku
Ku takkan pernah sanggup menghapusmu
Teramat ingin kudapatkan kamu
supaya bahagia rasa hatiku
*****
Ku merindukan hadirmu
Kamu mulai menjadi dekat denganku
Kurasakan nyata keberadaanmu
nan sangat menyentuh kalbu
*****
Rindu Kenangan

*****
seluruh kenangan kita bersama
ketika kita warnai hari
Aku dan kau saling bertutur tentang hidup ini
*****
Terpaku diriku saat mengetahui semua
Pada hari itu, kau pergi untuk selamanya
tinggalkan segunung kenangan yang ingin ku ulang
tinggalkan rindu yang akan terus kusimpan
Kau pergi tanpa satu huruf pun
meninggalkanku sendiri bersama kenangan
*****
Kini kamu seterusnya hidup dalam kenanganku
bersama semua kenangan yang telah kita lukis indah
Walau pun aku tahu kau telah disana
namun saya merindukanmu selamanya
Merindukan memori di masa aku bersamamu
*****
Rinduku

*****
Dedaunan mulai rontok
jiwa yang turut resah
saat aku harus meninggalkanmu
sungguh berat rasanya tuk melakukannya
*****
Tuhan …
Tolong jaga dia
saat aku berlalu meninggalkannya
ku bisa tetap selalu mencintainya
*****
Cinta …
perasaanku ini bisa menjadi kisah
yang sangatlah indah
yang dapat kudongengkan kepada anak cucuku
*****
Rindu …
barangkali cuma itu yang bisa dikatakan
sebuah kata yang sarat arti
biarlah rindu untukmu senantiasa kusimpan
Jaga dirimu di sana …
*****
Rindu Terbesarku

*****
degup jantung di tengah rusukku,
serasa lebih cepat ketimbang detik penunjuk waktu.
segala perihal ku mengerti, aku tidak sepakat
buat meninggalkan apapun ingatanku
di sini
*****
Walau tak sepenuhnya indah,
namun di sinilah…
kasihku melimpah.
cinta pernah dan akan senantiasa mengalir.
Di sini…
*****
Dalam kenangan manis boneka mungilku,
Dalam harum rindang taman bermainku,
Dalam masing-masing saksi prosesku,
Dalam kisah ceria tiap-tiap jenjang citaku,
Dalam setumpuk manja adikku tercinta,
Dalam tulusnya kasih para sahabatku,
Dalam kado terindah para saudara yang selalu ada.
*****
Tentu aku sukar ikhlas untuk terima itu,
jika harus…
membuang semua senyuman yang kukenal,
aku mengerti, waktu tidak mampu kutahan,
hanya untuk menghindari kalimat selamat tinggal,
*****
Namun untuk segala yang sudah lalu,
Di sinilah…
pusat semua cintaku,
di sinilah…
sumber mata air kasih sayangku,
di sinilah…
senandung kekal hidupku.
Di sinilah…
nanti menjadi rindu terkuatku,
*****
Esok hari, aku akan pamit,
namun aku tidak berjanji, kaki bisa berfungsi,
sebab banyak tapak jejakku di kota ini,
nan senantiasa menghendaki terus dan terus kuhadapi.
*****
Dan esok hari,
jujur sangat tak mau kutunggu,
karena akulah sang peri penjaga
bagi adikku yang cantik dan jua satu-satunya,
sebab dia adalah candaku yang apa adanya,
tempat diriku berbagi kisah.
Dan untuk nuansa yang baru,
dia akan menjadi lambang rindu terbesarku.
*****
Sebuah Renungan

*****
Secuil bulan bergantung di langit fajar
Simbol semesta telah mengganti hari
Aku hanyut pada alunan daun ke ranting
Yang sedang alirkan embun
*****
Serupa hidup yang tidak bisa terbaca,
Terkadang tangis memang menitik,
namun dzikir harus terus terucap
*****
Terima kasih Tuhan sudah mengirimkannya untukku
sebab kenangan kami
merupakan segelas penyemangat diri
tuk memulai hari tanpa keinginan menyerah
sebab hidup adalah tentang makna sepanjang jalannya
dan pulang pada akhirnya
*****
Secangkir Kopi Dan Sebatang Rokok

*****
Apalah makna tangis yang tak berhenti
padahal aku paham yang kau inginkan yakni kesabaranku
Bermanfaatkah sesal yang kuratapi
padahal aku tahu kau tanamkan keyakinan masa depan
*****
Mengabaikan terik, memanggul beban
Kau gendong aku ke puncak kegembiraan
Tidak kau masalahkan badan beratku
Peluh pun sungkan mengganggu semangatmu
*****
Secangkir kopi dan sebatang rokok
Katamu mereka sempurna dalam mencerahkan besok
Kemudian, tetapkah kau pahami rinduku?
Mengganjal di tenggorokan
*****
Aku tidak peduli dengan keriputmu
Sekarang cuma tangan rapuh
Katamu kau tak bisa mendobrak pintu penghalang waktu
Rambutmu sudah tidak lebat berkilau, aku paham
Tulangmu pun melemah
*****
Aku menghendaki ini semua, percayalah
Tetaplah ada hingga kita pergi bersama,
yang lenyap sudah semaikan tekad tuk senantiasa ada
yang hangus, terangi hidup yang sebelumnya buta
Untukmu yang sudah pergi
Kusampaikan rindu menembus langit doa
*****
Ratapan

*****
Aku tumbuh, tanpa pamrih Kau beri anugerah
Kau izinkan semesta aminkan setiap doa
Perkataan tanpa asa jua Kau ubah jadi nyata
*****
Kau izinkan langit turunkan hujan yang tak cuma membahas kedamaian
Hutan membuka diri, izinkan sumber dayanya dimanfaatkan
sarat cinta kau sadarkan murka yang tengah kulakukan
*****
Sekarang, besok dan seterusnya kumohon Kau tegur aku halus
Kepekaanku sudah musnah Tuhan,
Kebaikan yang Kau curahkan membuatku menjadi lalai
Akankah ampunan tetap Kau berikan padaku?
Peluk aku dalam kasih supaya tidak tersesat kembali
tertipu oleh kelamnya hati dan akal yang aku punyai
Tersesat padahal petunjuk senantiasa Kau berikan
*****
Baca Juga Pantun Romantis
Demikianlah kumpulan puisi rindu. Ada rindu untuk hal yang jauh, ada juga untuk yang sudah pergi. Segala jenis rindu dapat dituangkan dalam puisi. Kalian pun dapat mencoba merangkainya sendiri.
2 pemikiran pada “31+ Kumpulan Puisi Tentang Rindu Menyentuh Hati”