Puisi roman picisan – Roman picisan dan kehidupan masa muda seolah tidak terpisahkan. Setiap anak muda akan mengalami masa-masa roman picisan yang sulit terlupakan. Ada kisah tentang cinta yang mengakar, rindu yang bermekaran, hingga kepedihan harapan yang berguguran.
Kali ini kami akan menyajikan puluhan puisi roman picisan dengan berbagai sub tema.
Contents
- Puisi Roman Picisan tentang Kencan
- Puisi Roman Picisan tentang Rindu
- Puisi Roman Picisan tentang Hubungan Jarak Jauh (LDR)
- Puisi Roman Picisan tentang Kehidupan Masa SMA
- Puisi Roman Picisan tentang Cemburu
- Puisi Roman Picisan tentang Problematika Cinta
- Puisi Roman Picisan tentang Putus Cinta
- Puisi Roman Picisan tentang Jatuh Cinta
Puisi Roman Picisan tentang Kencan

Tidak ada kisah cinta tanpa sebuah perjumpaan. Kencan, begitulah kondisi ini di istilahkan. Kencan adalah temu berdua yang menyimpan sesuatu untuk dikenang. Berikut adalah beberapa puisi tentang kencan:
*****
Gincu Merah Menyala
Rona kemarahan dari bibir yang nampak mencolok
Membuat cantikmu kian menonjol meski hanya satu di hatiku
Terbesit tanya mengapa kau terus berganti setiap hari
Memamerkan setiap pesona yang membuat diri semakin melemah
Berada di dekatmu adalah satu-satunya alasanku bangkit lagi
Ketikan malam yang tidak terpejam dan suara jangkrik yang membahana
Kekuatan terbesar untuk tak datang terlambat
Cinema dua berbaju merah
Entah tanda kencan apa yang begitu tabu
Aku ingin bersamamu dari depan pintu
Cinema dua bergincu merah
Setiap pesonanya berawal dari ruang nan gelap
Hari kedua pada hitungan minggu
*****
Kupu-kupu Berdosa
Suhu tubuh kian meningkat
Saat jarak kita tiba-tiba sangatlah dekat
Hempasan nafasmu teramat merdu, di bawah pohon jati nan rimbun
Jalan setapak muat untuk kita berdua
Kita berjanji untuk berkeringat bersama melaju cepat melawan rasa malas
Kupu-kupu berdosa
Memaksa aku hanya sejengkal bersamamu
Dengan dua jari yang menempel di hidungku dengan hidungmu
Teramat dosa untuk bertahan lebih lama
Kupu-kupu berdosa dengan aku yang memiliki lebih banyak koleksi kejahatan
Terimakasih untuk segalanya
Pertama kali momen ini kami dapatkan
Terimakasih perlahan kau dan aku mundur
menuju ke celah yang nyaman
*****
Lilin Di Meja Itu
Cahaya itu memang kecil
Namun berpendar indah, pamerkan segala yang ia miliki
berupaya memancing sejuta mata
sampai lupa diri dan kandas
untuk mereka yang menafsirkan segala hal dengan kiasan
Semua akan tampak terlalu dan dibuat-buat agar membekas
Ah, tidak…
Lilin di meja itu
Menjadi perantara aku dan hatimu
Seakan-akan tabir tipis untuk senyum yang menentramkan jiwa
Merajut kedekatan hingga semakin erat
seusai bibir terkunci, padam pula kobaran api
Selesai sudah
Mari aku antar engkau pergi
*****
Memburu Kasih
Samar aku ikuti sisa aroma yang kau tinggalkan
Menyusuri jalan yang sama setelah bertahun lamanya
Banyak yang ku kenali meski semua tak sama lagi
Bayanganmu tak jauh berbeda dari dahulu
Kejar mengejar
Rayu merayu
Putaran film pendek menjadi teman di setiap sudutnya
Tikungan kita bersembunyi
Dan menghadap langit untuk mengucapkan janji
Kala itu
Saat semua memaksa untuk terhenti
Aku berjanji untuk kembali lagi
Sedikit pengkhianatan telah aku maafkan
Kau milikku
Peluk aku kembali dalam perjumpaan setelah penantian lama
*****
Aku Menunggu
Pertanda itu belum datang jua
Ku intip melalui celah, memastikan kesekian kalinya
jika diriku terlihat dalam tampilan layak
Aku masih di sini menunggu hatinya mengetuk pintu
Namun liar khayal sudah melambung pergi
Dalam cemas aku mencoba tetap tenang
Akankah ini menjadi kencan tunggal yang kembali?
Hatiku hatimu bertautan
Ku kira aku tidak perlu keniscayaan
Ketika waktu terus membuatmu berhalangan
Mungkinkah hari ini akan ku petik kecewa?
Sorot lampu memantul pada genangan air bekas hujan
Masuk menerobos jendela yang ku buka saat pagi hari
Dia turun
Aku berjingkat girang
*****
Senyuman di Bawah Bintang
Pukul delapan malam
Duduk usai menembus kabut perbukitan
Aku hanya berharap penampilanku belum berantakan
Sebab tadi aku rela mandi berlama-lama
dan bingung memilih baju apa
kau bercerita amat mengalir
memancingku pula
Ketika kau menggenggam tanganku
Aku merasa tenang
Senyummu membuatku yakin semua bintang yang melihat
akan merestui kita
*****
Bianglala
Sepanjang apapun antre
Untuk sesaat bersamamu akan kutempuh
Kulihat matamu berbinar saksikan bianglala dari jauh
Maka, tanpa kau pinta akan ku kabulkan keinginanmu
Kita duduk berhadapan
Kau melihat ke luar kaca
Aku setia melihatmu
Kau mengajakku bicara tentang pemandangan
Aku senang menyimak suaramu
Sepertinya kau suka pada cahaya
Kerlip lampu kota dan lampu rangka bianglala
Di mataku, kau justru yang paling terang
Oh, cahaya ternyata memang suka sesamanya
*****
Puisi Roman Picisan tentang Rindu

Rindu merupakan bagian yang wajar dalam sebuah kisah roman picisan. Saking rindunya, bahkan baru sebentar tidak bertemu sudah merasa rindu. Mari tengok puisi-puisi tentang rindu, yang semoga tidak membuat semakin merindu:
*****
Setengah Abad
Bila mana aku harus kembali menanti
Untuk sehari atau setengah abad lagi
Bahwa itu tiada beda meski membentur waktu
Itu akan sama dengan sakit yang serupa
Tentang nafas yang seperti tidak menghidupkan
Bagai seribu lampu yang tetap membuat malam kian gelap
Bila lah mana aku harus menahan kerinduan
Kepada kasih lama tak bertemu
Mungkin kawanan angsa lebih bahagia daripada seorang manusia
Mereka selalu bersama kemana-mana
Atau, kepada kumbang yang melebur
Aku sirna karena wanginya
Kepada bukit saksi purnama, meleburlah bersama rasa rindu yang membara
Membawa serta yang berada di balik badan tinggimu
*****
Membelah Bumi
Langit doaku menjulang tinggi
Ucapan yang menyebutkan namamu selalu ikut menyertai jalan-Nya
Menembus awan-awan menuju langit ketujuh
Ku bawa namamu terus tebang meninggi
Menjuntai menitipkan kehilanganku akan kepergianmu
Berkelok, berkeliling, mengudara
Membelah bumi nan luas
Tidak peduli berapa ratus kata selamat tinggal
Aku akan selalu membalas dengan ucapan cepat pulang
Untuk nantinya aku akan lebih percaya
Bahwa pengaduanku pada-Nya akan lebih ampuh dari beribu pesan asmara
Membelah bumi mengharap dirimu kembali
Melakukan perjalanan panjang hingga langit tertinggi
Mengabarkan pada alam raya
Aku milikmu
Dan selamanya akan terus seperti itu
*****
Kejora Impian
Hampir kehilangan akal sehat
Aku memohon kepada bintang yang tergelincir dari langit
Dosa…
Sampai wajahmu menjadi merah menyala
Berkobar dalam api amarah
Bersembunyi dalam rasa bersalah dan berusaha berpaling
Pada tempat asing terlihat bercahaya meredup
Gemerlap lampu bagaikan kunang-kunang menuntun
Melewati sebuah lorong yang makin menjadi terang
Terikuti bayangan kemarahan sedang aku mencoba pergi
Membisikkan doa pada kejora yang sekiranya
Pesan sampaikan rinduku bukan amarahmu
Lalai kejora mengabulkan permohonan
Seperti ia digunakan untuk melempar pencuri dengar
Aku terperanjat jatuh dari depanku
*****
Satu Menit yang Lama
Rindu, kata yang memberontak kepada menunggu
Meminta lekas tertumpah pada mimpi yang sekarang terasa lebih berat
Sengsara yang sama, terulang tiap detik mengganggu guratkan sakit
Aku tak mau walau harus satu menit menunggu lagi
Tak sanggup lagi aku bersabar pada waktu yang seakan-akan menantangku
Rindu, walau kau bisu, gerak sukma menyatakanmu keras tak terbantahkan
Memupuk siksa yang makin tinggi
Menjemput asa menuju sorot matanya
Saling tersenyum, bertatap balas, jangan sampai lepas
*****
Hitungan Tanpa Rumus
Apakah salah perhitungan yang aku pelajari sejauh ini
menggeluti angka dan simbol adalah keliru?
kenapa tak pernah aku jumpai hasil yang relevan
Dengan ilmu yang kugali penuh kepatuhan
Jika dalam sehari 24 jam kita punya semua
Tanpamu satu hariku berjalan lebih lama
Ada perih yang memaksa untuk bergegas mendekat
perjuangan yang terasa benar untuk lekas dientaskan
Membenci segala yang tampak
Memperburuk seluruh yang indah
Sebab bagiku sempurna adalah bersamamu
Tanpa celah menjadikan rumus kembali sedia kala
menyulap yang gelap menjadi benderang
Aku bahagia tanpa kata tetapi
*****
Baru Saja
Kau mengantarku pulang hingga depan pintu
Bercakap sejenak tentang akhir minggu nanti
Bercanda sebentar terkait hari ini
Kau memakai kembali helmmu
Mengucap pamit
Memintaku doakan perjalananmu
Aku lambaikan tangan
Motormu tak terlihat lagi
Kulihat arah pergimu
Baru saja kau pergi, aku sudah rindu
*****
Puisi untuk Rindu
Bisakah kau berhenti menyiksaku karena satu nama?
Aku tak ingin meladenimu meski hatiku mau
Kenapa kau dinamai rindu?
Candu yang mengganggu lebih cocok denganmu
Bisakah kau berhenti terus bertambah?
Bisa mengurangi sedikit saja aku tak yakin
Padahal tempatnya hanya selemparan batu
Meski berbeda bidang jadikan kami jarang bertemu
Bisakah kau kukirim padanya?
Agar kau berhenti menghantuiku
Sebagai gantinya, antarkan padaku rindunya, pasangan rindumu
Aku ingin tahu bagaimana wujudnya
Aku penasaran sesebal apa dihantui olehnya
*****
Puisi Roman Picisan tentang Hubungan Jarak Jauh (LDR)

Di antara banyaknya pelaku roman picisan, terdapat sebagian yang diuji jarak. Mereka adalah pasangan LDR. Ada yang menjalin kasih lalu karena sebuah kondisi menjadi berjarak. Ada pula yang sejak awal terpisah jarak tetapi berkomitmen menjalin kasih.
*****
Menabung Rindu
Ayo sama-sama kita tabung
Percik tangis yang memupuk semaian cinta
Melambai merayu seiring akar menguat
Kita memang membisu tapi saling mendoakan
Pisah … kita sekarang dipisahkan jarak
Di mana langkah kaki tidak lagi berdampingan
Kurasa kasur ini terlalu lebar untuk aku seorang
Biar aku tenggelam dalam sepinya malam bersama harapan kosong
coba hangatkan hatiku yang beku
dengan kaya tabungan rindu
*****
Rinduku
Ada arogansi yang ganas berburu rindu
ada gengsi yang menuai pilu,
semua itu karena kamu
ketika hujan mata ini ikut tak terbendung,
mungkin angin melempar rindu ke langit mendung
Ketika malam datang ada lelah yang menunggumu
niat bertemu di akhir minggu
Ada satu malam di mana rindu berputar tak terarah
Mencarimu agar ia tidak bertepuk sebelah tangan
Cokelat panas yang tersaji ditemani kenangan
Kukirim puisi berbungkus rindu
Kutitip pada malam buatmu yang menggenggam hatiku
Ketika rindu mengganggu, akan kuterima sebab ini resikoku
biarlah fajar memburu senja, bahkan malam
sebab waktu takkan mampu menyapu rindu
Begitu juga dengan jarak ini
memeras rasa, menguji cinta yang takkan kutelantarkan hingga binasa
Aku punya rindu yang amat membara, kutumbuhkan penuh suka cita
Sangat indahnya, hingga kujadikan sejarah tentang kita
*****
LDR
Jangan jadikan jarak sebagai alasan mengutuk kita,
Sebab ia memantaskan kita untuk saling memiliki
Terhadap bulan mereka gantungkan mimpi
Biar Yang Maha Mengetahui yang tentukan jalan
Rentangan jarak tak jadi soal,
toh kita selalu memandang langit yang sama
Ada yang selalu menunggumu meski warna langit terus berganti
Ketika matahari digantikan malam, percik rindu kita saling memburu
kuharap rindu sampai kepada yang dituju.
Ketika jutaan kata rindu tak tahu harus ke arah mana
Tuhan akan izinkan kita memaknainya begitu kau dan aku berjumpa
*****
Bergantung
terlalu panjang, hingga tak bisa ku hitung lagi hari berganti
menyejukkan dan mendidihkan lautan sekaligus
ia memberi asa yang mengecewakan
bersama tanda pergi dan juga pulang
Mata yang terpejam sebatas tabir
indera lain aktif tanpa mohon izin
Wangimu sanggup kutangkap dari kejauhan
Suaramu bisa kudengar, kuartikan kau ingin aku pulang
saat mereka bilang jauh adalah racun
akan aku tawar dengan rasa percaya
Jika jarak adalah hama, mengusik, menggerogoti
Maka akan kubereskan dengan doa
*****
Mabuk
Aku dalam kondisi tidak berdaya
Kuhela nafas penuh pengap, beradu langkah kaki yang semakin menjauh
Kendaraan hilir mudik, mengabaikan rindu yang kian menumpuk
Tak sedikit waktu telah bergulir
Aku cemas kastil dalam angan akan roboh tanpa bekas
berupaya menahan pening, setidaknya lebih ringan ketimbang beban yang kian berat
Ingin ku bagi dua denganmu
Akan tetapi, ini persoalan waktu
Perbedaan region
hingga gelap dan terangnya tak segaris
Tidak sesimpel jalan menuju landasan pacu
Tidak segampang sekali terbang dan aku bisa memelukmu
Demi toga yang hendak kujadikan hadiah kedatangan
Mabuk aku memelihara rindu yang siap menguburku
*****
Belum Ada Temu
Hari ini, katamu akan berangkat ke stasiun
Menumpang kereta malam hingga kotaku
Membawa sekeranjang jeruk kesukaanku
Dan nanti berencana mengajakku jalan-jalan
setelah dua musim absen
Hari ini, aku sampai insomnia
Jantung berdegup norak ingin lekas berjumpa
Kusiapkan apel favoritmu di atas meja
Tak sabar kujemput kau ketika tiba
Tetapi, naas, belum ada temu untuk kita
Sebab tugas mendadak mengharuskanmu berubah tujuan
Aku ingin kecewa, tapi aku tahu kau juga
Mungkin besok lusa, atau bulan depan,
atau akhir tahun kita bisa bertemu
aku hanya bisa menunggu
*****
Bukan Cinta Buta
Mencintai sebelum tatap muka
Sedikit lucu namun tidak mustahil
Lagi pula katanya cinta itu buta
Jika ini bukan cinta, saat kita bertemu kupastikan kita akan saling jatuh cinta
Sebab apalah arti rupa
Jiwamu yang membuatku labuhkan cinta
Namun aku tidak tahu bagaimana menjelaskan pada mereka
Jika cinta kita bukan cinta maya
Kita harus bertemu, dan jatuh cinta lagi secara nyata
Tunggu aku di pulaumu
Kan kuseberangi lautan sembari membawa keseriusan rasa
Bagaimana pun dengan dirimu aku yakin jatuh cinta
Dan cinta tidak buta, matanya hanya berbeda dengan mata kita
*****
Puisi Roman Picisan tentang Kehidupan Masa SMA

Banyak orang bilang, SMA adalah masa yang paling indah. Di masa putih abu-abu, manusia banyak mengalami roman picisan. Sejatinya SMA adalah masa transisi hati, dari kekanakan menuju kedewasaan. Seperti halnya puisi-puisi ini, barangkali kalian juga punya kisah untuk dikenang.
*****
Absensi
Bila bukan sebuah keharusan, aku tidak akan pernah datang lagi
Tidak akan datang ke sekolah yang sama seperti awal mula perjumpaan
Kenapa tak pernah dulu aku melompat saja saat hari penerimaan itu
Menyeberangi, sedikit berbelok dan berjalan 20 kali langkah kaki
Aku ingin masuk ke sana, duduk patuh sepanjang hari
Ini hanya tentang absensi
Patuh aku menyimak di sini, lamunanku masih terjaga
Bersama dengan angin yang meniupkan munajat
Bersama rerumputan berbisik rindu
Ini hanya tentang absensi
Pertemuan-pertemuan tak semanis yang terkira
Kecerdasanku bermimpi menjadi tumpul karena menyerah terbuai
Iya, iya. aku memilih rajin duduk di sini
kuharap waktu lekas bergulir hingga usai peranku di sini
sesudah lonceng berbunyi merdu
dalam satu kedipan mata aku sudah menujumu
*****
Pojok Sepi
Bumi adil membagi banyak ruang yang dimiliki
Titik kumpul yang ramai, kau pun boleh ke sana sesuka hati
Tawa yang menandai dansa bersama para sahabat
Musik yang mengalun meski tak satupun telinga membuka daunnya
Tapi aku tidak akan kautemui di tempat itu
Pojok sepi untuk kami, dalam ruang penuh kenangan panjang
Tempat orang-orang pecundang seperti aku memiliki kekuasaan
Saling merangkul dalam sekali pandang
Melepaskan dan memberikannya lagi hingga tiada akhir
Dalam pojok sepi
Ketika barisan-barisan rapi pada lembaran-lembaran berdebu tanpa arti
Aku sedang melepas rindu
Lewat tatapan mata, tanpa suara
Seperti mengucapkan selamat mengusir penat
Dan aku tidak akan pergi
Pencuri, di balik rak buku aku tidak mengambil ilmu dari dalam rak buku
Aku memilikimu utuh di balik rak buku
Memandang dari jauh dan aku mencintaimu
Ucapan tertelan, selamanya jauh tak akan terjangkau untuk mencoba mencarinya kembali
*****
Hukuman Tiang Bendera
Aku menyukai hari saat berdiri di bawah tiang bendera
Sampai bel pulang berbunyi
Berhadapan seolah saling menantang dengan deretan kelas
yang salah satunya biasanya aku tempati,
suara bising dari mulut-mulut tak terdidik kuanggap musik
Terik sang surya seolah enggan memberi ampun
hingga keringat tercucur makin deras
basahi tiap jengkal, berbelok menjalari seragam putih kukenakan
Tidak apa-apa biarpun matahari tak iba sedikit pun
Bahkan aku sampai tak merasakannya
Panas kuanggap titian menuju indah yang ku tunggu
Peluh adalah caraku mencari wangimu
Matahari adalah jembatan menuju bintang yang kutuju
Liar, mataku mencari ke sana ke mari
mendengar langkah kakimu membuat waktu kian terpacu
ku saksikan lesung di pipi yang halus
Senyuman malu-malu tertangkap dua iris mataku
Aku belum mati, tetapi jiwaku sudah melayang ke pelukan bidadari
Hukuman tiang bendera, aku bersahabat dengannya
*****
Menyatukan Tali Sepatu
Pada satu hari ketika mengenakan seragam putih abu-abu
Di keramaian sekolah hanya satu yang kutuju
Orang itu menguasai bola mata dan hatiku
Aku seolah bisa melihat mahkota di kepalanya
Angin sepoi menggoyangkan kunciran rambutnya
Ah … dia terlalu sibuk dengan rumus yang tak ku pahami
Kelas kini sunyi, pandangan kami fokus ke satu atensi
Walau pikiran berkeliaran jauh
Hari ini kelas terasa horror dengan tugas dari guru galak
Aku menunduk, malas melihat ke mana saja
Sedang malas berpikir meski sesoal saja
Dia yang bercahaya masih terlalu sibuk dengan rumusnya
Hingga enggan melirik padaku kali ini
tetapi, tentu akan berbeda 15 menit lagi
jika tangan kita belum bisa saling gandeng
aku belum putus asa menemukan metode berbeda
Akan ku satukan dua tali sepatu
Kuikat erat-erat
Kubuat simpul mati kuat-kuat
Aku masih menunduk, jemariku lincah menari
Aku akan mendapat perhatianmu lebih dekat,
Sesaat lagi kita saling berinteraksi
Cukup kaki saja yang saling bersentuhan
Kulakukan sesuai rumus yang guru ajarkan
Lirikanmu tampak merajuk, kesekian kalinya aku yang menang
*****
Hemat, Katanya
Selain bertautan jari di koridor sunyi
Lantas apa lagi?
Apakah cerita romanmu sudah sesempurna itu?
Tak ada yang lebih menyenangkan dibanding lonceng berdentang tiga kali
Atau ketika tiba-tiba hujan di tengah perjalanan pulang
Tak ada yang lebih manis dari tangan yang saling erat bergandengan
Apakah cinta bisa membuat lambungmu terasa setengah terisi?
Kami kenyang dengan satu piring nasi berdua hingga bel pulang nanti
Ah! hemat, kata dia
bahkan jika cuma udara yang bisa kutelan sepanjang hari
bagiku itu tidaklah mengapa
ku pikir kita sudah kenyang dengan cinta
Bernafas menggunakan cinta
serta hidup untuk bersama
kata dia, logika bisa terkikis sampai habis
ketika kau bertemu sang separuh napas
Hmmm, itu benar kurasa
Aku seolah memperoleh seluruh dunia hanya dengan berada di sisinya
Satu piring nasi buat berdua, lebih hemat kata dia
*****
Seperti Drama TV
Kita mencuri lirikan di kesibukan kelas
Kemudian saling tersenyum saat bertemu tatap
Satu, dua, tiga kali
Tidakkah terlalu banyak untuk dibilang kebetulan?
Kita puaskan melihat saat salah satu dipanggil maju
Entah mengerjakan soal atau sekadar ditanya
Gestur berpikir yang keren, ekspresi bingung yang lucu
Aku bisa mengenyahkan semua orang di kelas selain kita di mataku
Kita saling bantu di keseharian sekolah
Piket mingguan, membuang sampah, menanam bunga,
Bertukar bacaan, bermain bola, pulang bersama,
Dan segala hal sederhana
tapi luar biasa karena dikerjakan berdua
dan secepat kita karib,
secepat itu kita dingin
kita sama-sama tak tahu kenapa
Tiba-tiba saja kisah bak drama TV ini
berakhir sisakan lagu penutup
*****
Sahabat Jadi Cinta
Sejak kita bertemu di orientasi SMA aku nyaman bersamamu
Kau periang, senyummu membuatku ikut tertawa
Kau baik hati, auramu penuh dengan kasih
Semakin lama aku jadi lebih nyaman dari seharusnya
dan aku ingin kita jadi lebih dari sebelumnya
Tapi apakah itu boleh?
Jika ku kejar cintamu apakah selamanya kau kudapat?
Atau kita belum cukup dewasa untuk memaknai rasa
hingga kelak persahabatan kita akan jadi korbannya?
Sahabatku, aku harus bagaimana?
*****
Puisi Roman Picisan tentang Cemburu

Agaknya, cemburu memang bumbu dalam kisah yang sengaja atau tidak pasti ada. Emosi ini akan menguras hati hingga situasi menjadi jelas. Tak jarang, cemburu diikuti oleh rasa cemas. Jika ingin tahu sensasinya, silakan baca puisi-puisi di bawah ini:
*****
Terbakar
Jika kau tanya kenapa?
Kujawab semua tak akan merampungkan malapetaka
Kini ia terasing dan sepi
Sempat terbesit sesal sebab lama korbankan lelah
Menangis pasrah, ikhlas, lalu bersiap lupa
Jika kau tanya mengapa?
Segala pemberianmu takkan tampak di matanya
Dia yang kau cintai tidak sesaat pun buta
cahaya yang lebih terang jadikanmu tak ada di pandangannya
bahkan tak ada yang perlu kau resahkan
hilangmu barangkali tidak akan pernah ia sadari
kesadarannya sudah terbius, lalai tanpa mau menoleh lagi
terkait semua yang sudah berlalu
Anggaplah ia sebagai mimpi
opsimu barangkali justru tidak ingin bangun kembali
*****
Halilintar Menyambar
Harusnya kau paham ketidaksukaanku terhadap kejutan
Hal ini telah berulang kali kuperjelas
Baik untuk kejutan menyenangkan, apalagi yang menyedihkan
Ibarat halilintar yang menyambar, rakus, buas
Mengejutkan jiwa lemah yang berusaha menjaga puing
puing ikrar yang lamat-lamat pudar
puing janji yang bakal diingkari
tentang jemari yang tidak cuma terikat denganku
namun bagiku semua masih tentangmu
Sayangnya kau tidak demikian, barangkali
Kelak pergi serupa malam yang berkata akan kembali
Laksana gemintang yang mencoba kembali terang
Sayangnya kau tidak demikian
*****
Sedekah Sore Hari
Sukar mengetahui betapa dermawannya watakmu
Bagimu memberi sudah bawaan degup jantung
Setiap langkah, dirimu berbagi
Sukar mengabaikan budi yang ingin dibalas dalam diam
Merengkuh dendam supaya berbaur dalam angan
Sukar ….
Sedekahmu sore ini
Seolah-olah sengaja kautunjukkan pada merah memudar dari kejauhan
Semesta raya yang damai merupakan latar terbaik dalam memberi,
Pemberian yang bukan untukku
Setengah potongan hari bukan hadiah menarik, bagiku
Sukar …, seba dia sudah memiliki potongan yang sama seperti milikku
*****
Yang Lebih Merdu
Gradasi angkasa dari kapas cerah
Seolah mudah berarak tertiup semilir bayu
Lagu kau nyanyikan lebih merdu
Demi ku ulang sebagai sayatan hati mendalam
Terulang lagi bak sesak menjerat dada
Adalah senandung yang lebih merdu
ketimbang cicit burung semarak, rintik hujan bernada,
Deru perahu layar kita berdua
Lagu dengan ada kata dia di dalamnya
Seakan-akan kita dalam nyala api
Di sekat yang terbangun tinggi
mengurung kejam, kokoh tapi tak kenal ampun
di dalam jeruji penjara cincin pengikat nyawaku
Kudengar senandung yang lebih merdu ketimbang kata cinta untukku
*****
Akan Jadi Gersang?
Hijau sejuk, suguhkan ketenangan yang utuh
enggan untuk pergi, perca surgaku berada di sini
di mana ada puspa berbagai warna
dilengkapi buah yang tak pernah busuk
Subur, tanah kita tak miliki celah kritik
Kita bekerja amat sempurna hingga ada penyusup
Kini tak akan bisa sama indah
Akankah hari esok berubah gersang?
Padahal hari itu biasanya panen raya bersambut
Terusak layu, terserap sampai dasar hati
Pintu yang ku buka sedikit pagi ini telah ku sesali
Sekam sudah berubah
*****
Badai Cemburu
Yang kau bilang teman, di mataku tidak begitu
Ia terlihat mendambamu
Kau nyaman-nyaman saja di dekatinya
Tidakkah perhatianku seorang cukup buatmu?
Atau kau memang sebersahabat itu?
Aku waspada karena takut kecewa
Sebab kau sungguh kucinta
Sebab aku takut kau berpaling padanya
Tidakkah cintaku saja mampu teduhkanmu?
Atau kau memang terbiasa banyak disayangi?
Tolong, buat aku merasa aman
Katakan bahwa hanya aku yang kau inginkan
*****
Ketika Dia Cemburu
Mukanya memerah,
wajahnya cemberut lucu
dia merajuk kesal
tidak mau menatapku
kutepuk kepalanya
kujelaskan semua
bahwa ekspektasinya terlalu jauh
Aku takkan ke mana-mana
Dia tak perlu cemburu
*****
Puisi Roman Picisan tentang Problematika Cinta

Masalah akan datang di kisah dua anak manusia yang melangkah bersama. Tidak ada acuan bagaimana masalah berat dan ringan sebab semua tergantung cara menghadapinya. Puisi-puisi berikut menyiratkan problematika. Ketika gundah dan cinta beradu, emosi yang ditulis dalam puisi turut menyatu.
*****
Teramat Berat
Mana ada neraca yang ampuh menerima bebanku
Mana kuasa ia mengukur seberat apa
Semakin menjadi, bercampur tak mampu di urai kembali
Rumit, memadat, suka duka berpadu
Menggumpal besar mengganjal hati
Memicu munculnya awan gelap
Ya, ini adalah konsekuensi cinta
Harapan dan keadaan terus berkejaran
Terhapus dan kembali digoreskan
Aku bisu, kubiarkan semua berlalu
Kendati belum ada titik temu yang padu
*****
Menjadi Beda
Kusuma, menahan sinar yang hendak pergi
Rekah, mengajak pelangi membaur pesta
Sesat tak berpeta
Hilang dan enggan pulang
Kudapati lembar hitam tak berpenghuni
Mewartakan pada semuanya tentang kondisiku kini
Terpuruk, berusaha tersenyum dalam pelukan tanganmu
Masihkah lelah menunjukkan cara bisa tertawa?
Sebab kukira semua sudah berbeda cerita
Kita satu bumi, namun beda dimensi
Beranjak kendati tetap tak pindah
Melangkah tapi tak bisa pergi
Aku dalam nestapa yang sudah kupilih
Rumah asalku sudah sangat jauh
*****
Berkhayal
Barangkali … saat malas berganti kian rajin
sisakan diriku yang belum mampu buat beranjak laju
barangkali … dunia melesat cepat ketika, tanpa mengajak aku turut
sebab aku sendirian, semua tamat tanpa cerita yang aku harapkan
Nafasku kini mengendus tentang kamu
Siang malam seolah sama sebab aku hanya rebahan dalam rasa tak mampu
Terbangunkan mimpi buruk untuk pejamkan mata kembali
Aku merasa bisa terus begini sampai lama sekali
Lesap
Aku memandang pedih tubuh penuh bekas pelukan yang kaujadikan sebagai candu
ketika aku menagih semua itu lagi
Kudapati senyuman datar yang meminta diriku lekas pergi
*****
Keterlaluan
Satu hari penuh kini cuma ada di album fotomu
Aku sudah bebas lalu lekas bergerak menjumpai sinar senyuman baru
Asyik menghabiskan setiap waktu percuma bersamamu menjadi rimba ceria
Cinta, berusaha benci tanpa terdapat lagi manis tersisa
Di dalam doa separuh merintih
Malam berusaha menjelaskan segenap tanda
Kita maju, melangkah sama
Tergerus geming meredam senandung
lagu-lagu tentang kita
ingin kumusnahkan agar tak bisa lagi kudengar
ingin kubalas sebagai salah satu bukti
sebab sesal paska pengkhianatan amat membuat hancur
*****
Pemikiran Aku Dan Kamu
Esok pagi, sudah bisakah aku membawamu pergi dengan utuh?
biar kubisikkan selamat tidur supaya kau lekas lelap
Memutar jarum jam lebih cepat agar menempuh jalan lebih jauh
Menembus berbagai halangan dalam mendirikan atap berdua
Di sana, aku dan kamu mengemudi bersama
dengan satu tujuan yang pasti sama
mengusap hari esok
Mengecup bongkahan pipi
Sudah bolehkah aku membawamu utuh?
Biar kutanggalkan semua kesepian
*****
Meragu
Tersebab kita terlampau berbeda, sampai kapan cinta rekatkan kita?
Sampai kapan kita kuat dikoyak rasa sakit?
Sampai kapan kita mampu menunggu akhir yang bahagia?
Bersamamu adalah candu
Tak bisa kubayangkan hari-hari tanpamu
Namun, tak ingin ku rapuh
Jika kelak harus kulepas kepergianmu
Sampai kapan kita bisa bersama?
Sampai kapan kita akan saling cinta?
Aku enggan menerka masa depan
Kucoba menutup mata atas kemungkinan perpisahan
Kini aku meragu, tetapi takut kehilangan
*****
Berbeda Cinta
Kau pergi setiap Jum’at
Aku ke sana setiap Minggu
Kau membaca firman-Nya
Aku melagukan puji untuk-Nya
Kita berbeda cinta
Tapi sebeda apa kita?
Bisakah kita tetap bersama sebagai diri kita?
Akankah cinta kita disatukan sebagaimana adanya?
Atau salah satu dari kita berkorban?
Atau … kita berdua saling merelakan?
*****
Puisi Roman Picisan tentang Putus Cinta

Ketika suatu hubungan terjalin, ada dua masa depan yaitu bersatu atau berpisah. Bagi sebagian orang, di awal-awal jatuh cinta dan menjalin hubungan akan berakhir dengan kata putus. Terdapat banyak alasan putus cinta. Namun, akan terdapat rasa sakit yang nyaris serupa.
*****
Langkah Menyimpang
Dunia tidak sekadar satu jalan raya terbuka
Lurus tanpa ada persimpangan
Mudah tanpa ada rintangan
Dunia nyata adalah di mana langkah penuh goda
Dengan panas uapkan semangat juang
Aku bagaikan peri yang kaupotong sayapnya saat sanggup terbang
Sisa tragedi langkah jalan menyimpang
Aku takkan sanggup terbang lagi tanpa sayap yang kini kau simpan
Belajarlah aku berjalan selayaknya manusia
Aku enggan berpindah
kulihat tapak kaki bersimpang dengan sayapku yang tetap kau genggam
seiring waktu perih ini semakin memburu
barangkali aku pasti akan hancur ketika langkah yang kaubawa kian jauh
Terbelah, aku masih di jalan pilihan kita
dengan kau menarikku pada persimpangan sembari melupakan semuanya
*****
Tidak Lagi Sama
selembar kertas warnanya tak lagi cuma merah jambu
sebab tertoreh dengan ingkar, ah, iyakah?
Berharap kesalahan ada padaku
Hingga sekarang yang salah tetap aku
Keliru menentukan sudut dan arah pandang
Terkesima bukan alasan tunggal tersenyum
Kepada bunga yang kau tanam pada kertas merah jambu
Perbedaan cerita hadirkan dilema
Akankah aku masih seperti sebelumnya?
Terhuyun berupaya bertahan dengan tegar
Bagi kerling maaf, putus asa,
Intonasi iba, hati sejurus mengeras
Dan tampak sudah berbeda
*****
Kenapa, Harus Ada
Kau penyusup ulung, lincah, tanpa jejak yang mampu kutafsirkan
Menjalar cepat dari pembuluh darah, terus menyebar
Lolos lalu terang berpijar
Meninggalkan sekelumit tanya, kenapa harus ada?
pernah mampir dan sekarang malas berdiri beranjak
mengisi otak penuh sensasi nyata di pelupuk netra
tidak mau hilang mirip saat ia belum tiba
menyiksa, sesungguhnya aku tak merasa benci
semakin terikatlah aku saat kita dekat
dan kala terputus jauh, tarikan kuat-kuatmu seolah menyeret aku kembali
*****
Bermusuhan
sudah takkan pernah lagi aku rela berbaikan
terhadap waktu yang ternyata habis sia-sia
jua pada tegas semesta berusaha memberi jeda
Aku ibarat lebah lapar yang mengendus nektar bunga mekar sesaat
ayo kita deklarasikan saja permusuhan ini
di mana aku sudah takkan pernah sudi berdamai kembali
Kepada kalian yang berkomplot
Kini tak gentar akan kupilih jalan memutar
Jika pintu yang hendak kulewati kau kunci rapat
Kini, aku nyatakan permusuhan pada semesta
Dan kuberi spasi agar dirimu sedikit lega
*****
Jalan Baru Cinta
Kekasih, katanya ini bukan jalan mencintai
Sebab aku hanya akan menyesatkanmu
Dan aku takut lebih mencintaimu daripada Sang Pencipta
Jadi, ikhlaskanlah
Biar kisah kita sebatas lampau
Bila kita berjodoh, kelak terulang dengan lebih indah
Bila tidak, setidaknya aku telah menunjukkan cinta
Dengan melepasmu sebebasnya
Kekasih, ingatlah
Bagaimanapun senyummu adalah senyumku
Lukamu dapat memacu tangisku
Dan bahagiamu selalu kudoakan
di setiap waktuku
*****
Kupu-kupu Hitam
Ia sudah menyerap semua warna
Ia telah bertahan dari setiap luka
Dari cangkir kopimu, ia kini terbang
Kupu-kupu hitam tak kenal apa itu benci
Sebab baginya pahit yang candu usah dipertanyakan
Dan jejak ampas di cangkir tak boleh dirindukan
Ia adalah kupu-kupu hitam yang lahir dari hatiku
Dengan meminjam kepompong kebaikanmu
Lalu melambung entah ke mana
*****
Baik-baik Saja
Kamu melangkah maju di atas duri
Dipaksa menjauh dengan kaki berdarah
Begitu pula dengannya
Namun, kalian akan baik-baik saja
Luka yang kelak membekas adalah monumen memori
Kalian selalu saling mengisi hati
Meski tidak saling memiliki
*****
Puisi Roman Picisan tentang Jatuh Cinta

Cinta adalah dasar dari semua kisah roman picisan. Tanpa cinta, kita takkan bisa merasakan emosi dan perasaan yang lain. Cinta kerap di ekspresikan ke berbagai bentuk seperti contohnya puisi. Teruntuk yang sedang jatuh cinta, terdapat beberapa puisi buatmu.
Baca Juga Cerpen Lucu
*****
Buah Masam
Kupastikan cuma rasa manis yang engkau kecap
Tak kuizinkan asam membuat kecut ekspresi wajah manismu
Kucicipi semua yang terhidang untuk memastikan kau aman
Kuhamparkan karpet merah untuk pijakan langkah kaki jenjangmu
Ku nyalakan lentera agar kian cemerlang sempurna rautmu
Aku siap menjadi baju penghalang peluru yang ingin merobek kulit halusmu
Takkan kau kecap buah masam hingga aku tak bangun dari tidurku
Sudah ku suap semua pohon agar hanya menghidangkan yang manis
Untukmu, takkan lagi ku izinkan buah masam mendekatimu
*****
Aku Dulu
kian pulas aku kian ingin bangun
demi memastikan kamu dalam kondisi baik-baik saja
tidak ada nyamuk mendekat
atau dingin yang menusuk kulitmu
Aku dulu
Muda dengan daya menempuh jarak panjang dalam waktu singkat
Berjanji akan mengendongmu ke semua lokasi yang indah
demi hadirkan tawa
menjadikan kamu jatuh cinta
Aku
dulu sama saja dengan yang sekarang di hadapanmu
cinta adalah janji yang aku jaga hingga nanti
*****
Menarik Ujung Pagi
Ujung pagi menariknya agar segera bangun
Beranjak dari peraduan setelah lama di sana
Seluruh rayu ku utarakan agar pagi lekas datang
Dengan doa ku sirami hari agar berlangsung hebat
Dengan sepoi angin paling sejuk
Matahari dengan hangat yang cukup
Pastikan pula kau menjalani hari yang terbaik
menjaga senyummu adalah tugasku yang paling penting
ku umpetkan hujan di punggung
agar kaulihat cerahnya langit pagi
*****
Cinta Itu Tak Pernah Salah
kalau cinta itu sangat mencinta, ia takkan pernah meminta
kalau cinta itu sangat berharga, ia takkan tega memaksa
kebahagianmu adalah segalanya untukku
senyum tulusmu adalah asaku
kendati semua kauterbitkan tanpa adanya aku
Tuhan, izinkan hamba berteriak
Bukankah kuasa-Mu Maha Mutlak?
Kaubuat purnama dan bergulir hari
Tuhan, yang tersakit ialah cinta tak direstui
Aku ingin bersama tetapi tidak boleh
Hatiku tak pernah mati, ia sekadar menolak membuka pintu pada yang lain lagi
Cinta itu tidak pernah salah, namun jua tidak mungkin selalu indah
Cinta tak pernah menyiksa, ia cuma menguji kepantasan rasa
Cinta saling menerima agar belajar tumbuh berbunga
Senyummu menambah rinduku
Aku ingin pulang ke rengkuhanmu
Aku ingin menjadi rumah, bukan sekadar singgah
*****
Cinta Membuatku Takut
Cinta mengubahku jadi penakut
Aku takut terbang tinggi
kalau kelak terhempaskan sampai sakit
Aku takut melangkah jauh
kalau bakal terbuang dan tanpa bisa dikenang
Aku sadar, kamu terlalu sempurna bagi diriku
kamu terlalu hebat buat aku cintai
sedang aku cuma manusia biasa
Aku hanya bisa bersyukur
Sekalipun raga sakit akan tetap kalah dengan perih di hati
Apa daya diriku ini
Aku hanya bisa mencintai dan menjalani
Semua yang kuterima sepenuh hati
*****
Ketika Jatuh Cinta
Ia bilang ingin menjadi hujan
bahasa langit dan laut yang tak bisa menyatu
Ia bilang ingin mencintaimu tak sesederhana kayu pada api
meski terbakar dengan rela kau nikmati
Ia tersenyum sendiri pada layar ponsel
hanya karena namamu muncul dalam notifikasi
Ia mencari tahu semua tentangmu sembunyi-sembunyi
katanya agar tak salah langkah mendekati
Ia mencoba menghadirkan bahagiamu
meski di hati ia juga ingin memiliki
*****
Merpati Putih
Murni dan tidak bisa membenci
itulah cinta
Sakit tetapi tak ragu memberi
Bahagia meski dengan hal sederhana
Jika padamu, aku siap menjadi segalanya
Kau adalah alasan langitku biru cerah
Tentangmu, sebagai merpati putih aku rela memotong sayapku
Jika kau menyukai merah
Sekalipun tak bisa terbang, jiwaku merengkuh sepimu
Tentangmu, sebagai merpati putih aku rela terbang jauh
Jika kau titipkan surat untuk yang kau damba
Tetapi mengertilah jika hanya kau yang ku puja
*****