45 Puisi Sedih yang Menyentuh Hati, Bikin Baper Dll

Puisi sedih – Apa yang biasa kalian lakukan ketika dilanda kesedihan: menutupinya, mengingkarinya, atau menunjukkannya? Bagi kalian yang ingin mengungkapkan kesedihan, puisi dapat menjadi salah satu medium. Kalian bisa mengekspresikan rasa sedih melalui seni lalu biarkan orang lain turut merasakan pesannya.

Bahkan jika kalian tidak ingin orang lain membacanya, tulisan kalian tak perlu disampaikan pada orang lain dan tetap bisa melegakan diri.

Contents

Kumpulan Puisi Sedih Terbaik

Berikut merupakan contoh puisi tentang kesedihan yang bisa kalian nikmati. Siapa tahu ada kondisi serupa dengan yang pernah atau sedang dialami.  

Genggaman Perpisahan

Genggaman Perpisahan
puisi kesedihan

 

*****

Kuncup mekar tak datang satu pun kumbang 

Riuhnya hujan tak sedikitpun  menerbangkan dingin 

Kaki kuat melangkah semakin cepat 

mendekati hari beranjak gelap

Di bawah sinar ku lihat kembali kemana jejakmu pergi

*****

Bulan begitu pelitnya menyimpan cahayanya sendiri

Bumi kian beku, dalam nestapa

Tegar terus menerjang diantara mimpi kelabu

Menyusun langkah nan jauh

Meninggalkan tempat pembaringan

Mengikuti jejak jawaban yang engkau taburkan

Sayatan pedang takkan membuat darahku jatuh 

meski hanya sebesar titik tirta

*****

 

Haru Dalam Hujan

Haru Dalam Hujan
puisi sedih

*****

Cahaya mengagetkan memotret dari langit

Dari singgasana tertinggi kaum suci melihat penat

Hujan dan tangisan begitu sering hingga tiada rasa

Mereka memiliki magnet untuk menarik kalbu

Hangat dan perlahan, lalu meluncur tiada ampun

Seisi bumi menangis dalam haru tangisan angkasa

Gundukan tanah basah dengan taburan nestapa

*****

Tanah menelan rindu dalam jiwa

Ibarat hati yang tenggelam dalam penantian

Tiap nafas berhembus terlihat mesra

Menyuguhkan senyum manis bak pase gurun pasir

Seakan kesedihan setia menemani hari-hari ceriaku

Pulanglah dengan tawa, dan pahamilah

Akan perasaan yang tak berujung balas

*****

 

Senyuman Yang Dipaksakan

Senyuman Yang Dipaksakan
puisi sedih

*****

Barisan batang-batang ketegaran mulai rapuh

Menggilas tanaman pencegah erosi hati yang telah terpatri

Api angkara melunakkan angkuh yang ku pertahankan sekian lama

Masih kuhirup aroma genggaman tanganmu ketika menjabat tangan

Bau halus mengetuk pintu dengan licik

Panah dengan racun yang mematikan kian menancap

*****

Roboh lah..rusak lah.. hancur lah… hilang lah…

Aku bermusuhan dengan hari 

Ketika kerajaanmu mulai mendeklarasikan kemerdekaan tanpa ku sebagai ratunya

Seolah pengkhianatan  yang mematikan dan mengasingkan diri dari segalanya

Aku membangun istana itu dan kau bertahta tanpa aku disana

*****

Rajutan memori kiaskan kebodohan yang tidak pernah suram

Kita selamanya adalah katamu untuk menusukku mati

Lincah tak berjejak

Mencekik tanpa tenaga

Melukai tanpa terkena darah

*****

 

Melesat Bagi Roket

Melesat Bagi Roket
www.romadecade.org

*****

Dingin kabut masih menyelimuti undukan bumi tertinggi

Di tempat itu sepenuhnya aku membenamkan diri

Langit yang tadinya cerah seolah ikut mengerti kalut dalam hatiku

Perlahan ia ikut murung dan mengundang awan gelap untuk ikut berpesta pora

*****

Sebentar lagi akan ku turunkan badai… bisiknya

Kita rayakan rasa sesak di semesta yang begitu luas

Seperti roket kau melesat hilang

Dengan satu kali sentuh menembus awan bergumpal

*****

Sebelum hirupan nafas ku keluarkan lagi dan lagi

Secepat itu kau berpamitan pergi

Aku ingin coba sekali lagi…

Tetapi tanpa menoleh kau telah lenyap dari pandangan

Kapan tangisku bisa kering, Ibu?

Pertanyaan yang telah kutemukan jawabannya saat ini

*****

Aku tak mau tumbuh besar, ibu

Biarkan kita mencoba sekali lagi

Lirih memohon kepada cakrawala

Aku berharap selamanya takkan pernah bertambah usia

*****

 

Seringan Hempasan Bulu Angsa

Seringan Hempasan Bulu Angsa
puisi sedih

*****

Tak bisa diri menghitung berapa jumlah kata yang terucap

Fasih dan mampu bercakap dalam santun yang tertata

Ia satu-satunya yang harus bertanggung jawab atas nestapa

Sabetan tanpa menyentuh yang menggoyahkan keteguhan hati

*****

Ah…

Kukira tidak begitu adanya

Akan ada kata di mana bibir yang bisu memilih berucap

*****

Ah…

Kukira tidak begitu adanya

akan ada kalimat tak beraturan dengan emosi tercurah

Waktu akan baik hati membuktikan betapa risalahku sesungguhnya tepat

*****

Tanpa permisi seksi bibir itu lantang berkata usai

Tidak ada kata maaf dan tolong

Semua berakhir seringan bulu terhempas sedikit angin

*****

 

Terkungkung

Terkungkung
puisi sedih

*****

Sebuah masa, berlalu dan diikuti bagian lain di belakangnya

Sambung menyambung membentuk pola jalinan waktu pasti

Perihku menjadi sebuah kepastian 

Dan ketika tertawa sudah dipastikan

*****

Dengan banyak mata yang memberi cambukan

Dengan banyak telinga yang hanya menjadi saksi keburukanku

Lemah, terkulai, tak berguna…

*****

Lagu-lagu diorama mendekati ajal

Senar gitar bergetar, pertanda semakin nyata nan kuat

Tak bergerak, seolah  lumpuh dengan sejuta nestapa

*****

Tersesat di dalam sebuah rumah yang ku bangun sendiri

Mimpi buruk dapat ku intip dari celah lubang kecil

Telah ku kurung dengan tujuh lapis 

Namun, diriku kian menciut

*****

 

Penjara Yang Kuciptakan

Penjara Yang Kuciptakan
puisi sedih

*****

Rapat, pemikiran yang aku bungkam 

Tidak pernah selangkahpun meninggalkan pusatnya

Ketidakpekaan

Aku merasa makin membatu

*****

Bersama satu dua yang ku biarkan keluar masuk

Berhasil aku pisahkan dengan parit kelabu yang aku gali

Semakin dalam bersama ranjau yang ku kubur di dalamnya

*****

Ketika aku tak bisa memilih takdir yang aku bawa lahir

Luka yang berbeda membawaku dalam pikiran pesakitan

Jarak tak seberapa dengan mereka

Pintu yang mereka biarkan terbuka lantang menyapa

*****

Seperti penjara yang aku ciptakan sendiri

Merasa nyaman dari dunia yang terasingkan 

Rengekan mereka tak akan membuatku berpindah

*****

 

Sebuah Garis Merah

Sebuah Garis Merah
puisi sedih

*****

Berapa jumlah terang lampu yang tampak, Nak?

Ibu masih ingat curahan cahaya ketika kau menjawab antusias

Terang … aku mengingatkan diri

Jika kebenaran merupakan ketepatan yang niscaya

Dan bukan pemaparan yang hanya melelahkan telinga

*****

Ibu bertemu lampu-lampu yang menyala, Nak

Ibu lihat pula ranjang yang kotor, penuh peluh dan aliran darah

Semua merah. Ibu benci merah, Nak

*****

Di mana Ibu setengah hati berlarian mematuhi arah

Menyusuri koridor horror

Merah. Ibu benci merah, Nak

*****

Pada ranjang, nyawa berpindah antar dunia

Merah. Ibu benci merah, Nak

Umpama sirine nyaring, tangis bergema ke penjuru bangunan tua

Merah. Ibu benci merah, Nak

*****

Kelemahanku tak sanggup mengikat mereka untuk tetap di sana

Merah. Pintakan pada Tuhan agar menghapus warna itu, Nak

Air mata ibu mengalir deras iringi jenazah yang didorong menuju sunyi

*****

 

Nafas Tanpa Arti

Nafas Tanpa Arti
puisi sedih

*****

Ayo berhitung

Satu, dua, tiga dan berhenti pada dua puluh empat

Akankah tahun depan hitungan itu bertambah, 

atau Tuhan sudah mengizinkan diri untuk berhenti?

*****

Tidaklah cukup lautan menuliskan banyak nikmat 

Gunung-gunung tidak akan pernah kokoh menampung sombong hamba berikan

Aku… tidak semuanya begitu, ini mengenai aku,

Tanpa pembalasan aku hanya menganggap nikmat adalah hak

*****

Seperti keharusan bahagia harus ku terima,

Lilin ke dua puluh empat padam tanpa tiupan sang bayu

Mati menuju gelap nan sunyi

Dalam dua puluh empat aku kini mengerti

*****

Hidupku tidak hanya diperuntukkan untuk ku isi cerita sendiri

Mengenai air mata yang berhasil ku usap kering

Mengenai senyum masam yang ku jadikan semanis sakarin

Harusnya ku torehkan senyum mereka yang abadi

Nafas tanpa ari mencekik membuat aku mati

*****

 

Bukan Kandidat

Bukan Kandidat
puisi sedih

*****

Bersama mereka yang asing

Aku pun datang dari belahan bumi yang jauh

Menabung tekat, 

mengumpulkan keberanian dalam pertempuran 

*****

Oh..

Mungkin ia sekatup pula

Sesekali mataku melihat ia terbuka lalu kembali menutup

Dengan koin untuk selalu membuat jalan mudah yang kian nampak

Bagiku, itu kejujuran pintu dengan cat putih tanpa noda

*****

Oh..

Bagimu kejujuran diwujudkan dengan keping-keping logam mulia

Oh..

Bagiku keadilan buatmu sama rata seperti semestinya

*****

Bagimu, waktu tua

Bagiku, semangat muda yang disirnakan paksa

Padamu, uluran tangan berucap selamat dan memberkati

Untukku, gelegak tawa mereka yang berdompet tebal

*****

 

Jauh Dari Pengharapan

Jauh Dari Pengharapan
www.idntimes.com

*****

Bila gurun kini bisa berubah menjadi kebun

Dan parit adalah lautan yang luas berjuta hamparan

Sepercik api kiranya cukup mengosongkan bumi

Dan setitik harap ku mohon menjadi kenyataan 

*****

Harapku tak disambut dengan harapmu

Takdirku tak diindahkan dengan restumu

Seperti kuda yang terjagal 

aku tersungkur terkapar, berdarah

Seperti tertusuk ujung tombak 

nadiku memancar deras

*****

 

Pemaknaan

Pemaknaan
puisi sedih

*****

Dari balik papan kayu reyot aku mengerti

Nilai hidup bukan milik semua yang terbuka matanya

Dinginnya malam membuat diriku sadar

Kehangatan sebenarnya adalah semangat tiada padam

*****

Rasa sempit membuat aku tak gusar

Bahwa yang luas adalah hati dengan kesabaran

Terkungkung mengingatkan pada pesan berharga

Kebebasan dalam malam-malam penuh sujud

*****

Miskin menjadi pengingat

Bahwa yang kaya adalah harta yang tak tersimpan

Kaku seolah menampar diri

Dari balik awan bumi menyeru

Nasihat yang kau anggap dusta adalah nyata

Bahwa bumi menelan secara ganas jasad yang berdosa

*****

 

Khalifah

Khalifah
www.popbela.com

*****

Dalam pedoman suci kamilah paling mulia

Membentangkan sayap malaikat

Dan lebih unggul dari mahluk yang berapi

Mampu memadamkan perang seluruh jagad

*****

Setiap kata menjadi pelipur lara

Terduduk kami bercakap dengan pemilik semesta

Begitupun dengan tidur dan berdirinya

Memang

Seperti itu yang sejatinya digariskan

*****

Bukan sifat angkara dari mahluk api

Terusir dari Firdaus ibarat pelajaran berharga

Dunia bukan tempat hura-hura

Pesta pora, dan menumbuhkan cula dua

*****

Katanya sayap malaikat tak lebih suci junjungan kami

Pendidik terbaik adalah pemilik ganjaran 

Harusnya kami penghapus air mata

Harusnya kami menebar senyum bahagia

Tidak saling menghunus pedang dan membuka aib

*****

 

Bakti

Bakti
puisi sedih

*****

Sangkaku bebas pemilik waktu

Berkelana menabur bibit menjadi unggul

Kita ulang sekali lagi, Nak

*****

Unggul

Kau lebih mulia, atau kau lebih berwibawa

Kau lebih kaya atau menjadi lebih bermakna

Dan kau menjadi semakin pintar, atau ilmumu merupakan kewajiban

*****

Kita ulang sekali lagi, Nak

Unggul

Kau lebih bersujud atau kau lebih congkak

*****

 

Karma

Karma
pantau.com

*****

Katamu kita hidup  dalam damai

Katamu kita rukun saling menjaga

Pesan bumi yang dibawa buih lautan menepi

*****

Mengetuk semua pintu hati yang berpura-pura

Dalam diamnya, tenang menyembunyikan gejolak siap menerkam

Menimbang dengan teliti keburukan yang diterima

Berhitung tanpa satupun hitungan meleset

Terus menimbang hingga manusia terlelap tidur

*****

Matahari masih diterima menyinari raga

Cambukan tentakel tertutup anggun watak polosnya

Kami dibuat terkesima

Pada hijaunan indah untuk berbajukan bekas

*****

Bening yang mengalah diubah menjadi buruk rupa

Lautan tenang menyimpan pesan perang

Tahanlah … ku mohon

*****

Tidak semua bisa bertahan dengan apa yang diperbuat

Lautan yang tenang menyiapkan kejutan 

Menggantikan ricuh kembang api yang tercipta

Riuh ombak melagukan sebuah teriakan penyemangat

Lautan menyiapkan karma yang kejam untuk manusia bermuka dua

*****

 

Salam Balik Yang Diucapkan

Salam Balik Yang Diucapkan
puisi sedih

*****

Indahnya bumi ketika terlihat dari cakrawala

Ayu dalam balutan kebaya hijau sebagai susuk penglarisnya

Rambut tergerai lebat,

Menjuntai sampai dengan mata kakinya

*****

Cerah, kulitnya memancarkan begitu terangnya

Semerbak bau tubuh membuat orang tersipu bak terbelenggu

Ia merintih dan manusia seolah tuli

Ia mengadu dan manusia seakan tak punya waktu

Dan ia tertelanjangi dan manusia lebih memandang yang dianggap tabu

*****

Bumi kian berani menjawab salam manusia 

Lautan menjawab dengan banjir

Aku menatap nanar mayat-mayat  terkatung-katung

Gunung-gunung memberi buah tangan berupa lava

*****

Tangisan kian tak terbendung

Tiupan lilin membakar hutan dalam lautan api

Tidak ada lagi tanah untuk dipijak

*****

 

Menjadi Kejam

Menjadi Kejam
juraganesia.com

*****

Luwes tarianmu melekuk-lekuk kian menggairahkan jiwa

Seperti wangi yang menuntun siapapun untuk merebutnya

Berdansa dan mabuk dalam kubangan nan gemerlap

Tak segan kau undang bulan bintang bergabung

*****

Ibarat tusuk konde untuk tampilan sempurna

Apik bajumu menyimpan sejuta perangkap mematikan akal

Tiupan terompet seperti undangan dimulainya hura-hura

Bergulung-gulung dalam tarian semakin membuat takjub

*****

Satu… dua… tiga…

Kau mengamuk tanpa alasan pasti

Birumu menjadi keruh membawa kami tergoda

Tak terdengar tangsisan minta ampun untuk menyumbat amarah

*****

Demi sebuah misi, 

Satu puing diganti dengan satu nyawa

Bahari menjadi kejam, 

atau kamilah yang mendidiknya menjadi biadab

*****

 

Lahir Tidak Dalam Proses Semalam

Lahir Tidak Dalam Proses Semalam
kumparan.com

*****

Dari sedikit lama-lama menjadi bukit, apa kau mengingatnya?

Sejenis tabungan dosa yang dikumpulkan hingga amat banyaknya

Terenggutlah sang kesucian

Melenyapkan kehormatan

*****

Apa kau tahu, bumi kita tak lagi perawan?

Ia membuncit tanpa telur yang ditemui pejantannya

*****

Jangan kau berpikir, buncitnya berasal dari peristiwa malam tertutup tadi

Tanpa pengkhianatan kita, trah suci bumi takkan ternoda

Ia terjamah tangan-tangan manusia

Mungkin termasuk tangan kita, tanganku dan tanganmu

*****

Ia seolah berbisik sekarat dalam ketidakberdayaan

Beban berat tak lagi tersanggahkan

Tanganku dan kamu menyakitinya tanpa ampun

Membuatnya hamil besar di segala penjuru

 membisikkan kata sekarat dalam raup tak berdaya

*****

amoniak, bau busuk

menjijikkan bak penyakit kutukan

lantas? apa dayaku dan dayamu?

Kita cuma membisu menunggu robohnya gunung sampah 

memangsa beringas

*****

 

Jalan Yang Kutempuh Buntu

Jalan Yang Kutempuh Buntu
www.hipwee.com

*****

Langkah kaki gemetar menjejak di daerah asing

Tidak terlihat bangunan, tidak tampak keramahan

Tidak terdapat keluarga, tidak ada kehidupan

*****

Basah tanah sebab oleh tetes hujan

Aroma mewangi, tetapi tak ada tanda keindahan

Kabut, semua gelap, begitu pula lima langkah di depan kakiku 

Tak ada kepastian kecuali dibimbing oleh naluri

*****

Penerangan? Apakah kau mengejekku?

Bahkan tak kulihat satu pun lampu minyak

Hanya pijar belas kasih alam

Satu-satunya yang memberi terang

*****

Buat apa aku setuju?

Buat apa aku susah payah berjalan sendiri?

Buat kamulah aku mencari, teman melangkah berdua

*****

 

Saat Aku Melupakan

Saat Aku Melupakan
www.suara.com

*****

Saat aku melangkah sisa di jalan ini

Ketika aku telah menyerah bersama penantian sendiri

*****

Yang kusadari mungkin sekadar kata perpisahan

Dan itu kusimpan dalam hati saja

*****

Menyaksikan senja datang, ialah saksi bisuku

Memandang kerlip bintang, mereka yang tahu

*****

Tentangku yang sekarang hanya seorang pecundang

Sama sekali tak punya nyali untuk mengungkapkan

*****

Di sisa detik yang tersedia untukku

Biar pena ini merangkai sajak

Menuliskan bagaimana kepecundanganku selama ini

Menggambarkan berat beban yang kutanggung

Saat kubawa rasa yang kupunya ke mana-mana

*****

Aku senantiasa sembunyikan rasa

Amat berat hingga terbawalah pada imajinasi yang menyakitkan

Beratnya rasaku ini … 

selalu berusaha tenang sedangkan ingin memberontak

*****

Hingga kini …

Perpisahan termanis yang nantinya datang ke depan mata 

Di mana aku hanya bisa melihatmu disana

menontonmu bersama jas hitam

bersama seulas senyum manismu

menatap tawa tulusmu

*****

seluruh mimpi yang kuraih sekadar menahan tangis

kamu adalah satu-satunya alasanku

kamu yang kupilih meski pasti meremukkan hatiku

*****

 

Tanpa Judul

Tanpa Judul
puisi sedih

*****

terpaku melamun sendu

dan ku bernyanyi rindu

terkenang perjalanan waktu

seutas kisah masa lalu

*****

Tiada lagi nyanyian surga

Tiada lagi pelipur lara

Tak ada lagi damai dalam jiwa

Hanya ada bintang sarat derita

Hanya ada langit yang makin terluka

Seolah-olah akan berkata

Ini napas kehidupanku

*****

Senyum pun makin beku

dalam dinginnya pekat malam

air mata makin melarut biru

dalam haru samudera malam

seolah-oleh akan bercerita

Jejak ini yang mesti kutempuh

*****

Mampukah kulewati badai berpasir rindu

Mampukah kuhilangkan ingatan indah sejuta mimpi

Mampukah kutapakkan kaki ke inti bumi

Mampukah kutenggelamkan diri pada palung kelam

Mampukah ku bertahan dalam dingin musim salju

*****

Cuma tersedia satu jawaban

Kan kujalani dan kulalui, bersama kasih dan ikhlas hati

*****

 

Sup Panas Yang Tumpah

Sup Panas Yang Tumpah
puisi sedih

*****

Orang bilang tanah desaku sakti

Alam sangat memanjakan kami

Keindahan selalu hadir di sepanjang kehidupan desa kami

Kami berkaki kuat, mampu menaklukkan dataran tinggi dengan tanaman

Tubuh yang tangguh akan robohkan dalam satu pukulan

Usah berbuat apapun guna hidup berkecukupan

Seiring napas, sumber makanan kami berlimpah

*****

Kata orang, hasil bumi kami sangat baik

Kesusahan seolah-olah sudah di luar pagar

Air bening dan burung terbang riuh

Bisikkan agar jangan pernah khawatir

Berkah di langit teramat banyak

*****

Surga kami berubah menjadi neraka

Sup tomat panas membanjir tak bisa dirintangi

Tembok batas sukar jebol di gerus kelenaan

Aroma kematian dengan cepat mengepul batasi jarak pandang

Kicau burung diganti sirine

Kami bertahan hidup dengan menelan air mata

Ternyata, alam tak selalu memanjakan

*****

 

Malam Itu

Malam Itu
www.hipwee.com

*****

Segelam apa malam?

tidak lebih gelap ketimbang hatiku

yang remang karena kenangan

*****

Kamu ingat tidak?

Betapa malam yang amat kau damba

Kini menjelma dalam waktu yang hampa

*****

Dahulu, di bawah sinar lampu halaman

Kau menari gembira

Bersama kawanmu di pekat malam, menari

Sampai kamu lelah dan jatuh di hadapanku

*****

Aku yang iba merawatmu

Dalam sempit dan pengap lubang dinding ini

*****

Sayap ringkihmu berkilauan

Ditimpa butiran sinar rembulan

Sedangkan badanmu yang kecokelatan terbaring

Bisu di depanku

*****

Satu, dua, tiga hari,

Dan seminggu telah kurawat kamu

Tawa manis kembalikan binar mukamu

*****

Sedangkan sayap lembutmu

Membawamu terbang gembira lagi

Malam ini kamu kembali menari

*****

Tetapi tidak kutonton temanmu yang tempo hari

Mungkin mati di tarian kemarin

*****

Bagai déjà vu, kamu jatuh lagi, aku merawatmu lagi

Dua kali

Tiga kali

Empat kali di minggu-minggu selanjutnya

Pada kali ketujuh, aku tidak tahan

“Kumohon jangan menari lagi. Tinggallah bersamaku di sini.”

Bibirmu mengatup tak ucapkan apa-apa

Hanya kau goreskan senyum berhias embun dari matamu

*****

Satu, dua bulan, bagimu tidak terlalu membosankan

Sampai menginjak satu tahun

Buah cinta yang telah terjalin harus dimatikan

Karena kita sekadar budak sang takdir

*****

Kamu memutuskan pergi malam itu

Segigih apapun aku menahan

Sebatu itu juga tekadmu menguat

“Seharusnya aku mati sejak pertama kali kamu merawatku.”

*****

Kemudian kamu menari di bawah lampu halaman

Dan aku bergelut dengan kebodohan ego

Kamu mati dalam tarian itu

*****

Jikalau aku lepas dari ego

Barangkali malam ini aku sedang merawatmu

Membuatmu hidup lebih panjang

Bersamaku

*****

 

Isi Hati

Isi Hati
thegorbalsla.com

*****

Aku mencintaimu di sementara ini

namun kau malah pergi

aku tak sanggup menyimpan cinta ini

sebab perasaanku cuma buat kau, kau seorang

*****

Namun aku tidak tahu harus bagaimana menyatakannya

Kepadamu yang sementara ini jauh

Aku berharap kau singgah padaku,

Dan aku ingin kau memahami cintaku

*****

 

Hancur

Hancur
www.medcom.id

*****

Dunia jadi kelam, menggelap

Amat sakit rasanya

*****

Coba lihat aku

Coba hargai aku

Kekuranganku adalah keutuhanmu

Meski aku tak seperti bayanganmu

Ya, aku tahu cinta adalah mawar

Indah dilihat, sakit disentuh

*****

Siang jadi kelam menggelap

Malam kian sepi

Jiwaku remuk bagai tanpa nyawa

Biar kucoba tetap melangkah

Kutunjukkan padamu, aku yang terbaik

*****

Cobaan

Cobaan
puisi sedih

*****

Oleh Runi Sikah Seisabila

Aku rindu keluarga yang lengkap

Tidak hanya memiliki sosok ayah, ibu, dan adik

Namun mereka mampu untuk berbagi rasa

Berbagi kisah

Dan memahami satu sama lain

*****

Dahulu, suka duka dijalani bersama

Berimbang tangis dan tawa dihadapi

Namun, kenapa semua berlalu tanpa bekas?

*****

Kegembiraan itu

Keharmonisan itu

Berubah menjadi air mata

Deras tangis yang menyayat hidupku

*****

Ya Allah …

ujianmu sungguh berat hamba rasakan

hamba mencoba tegar

dan terus meyakini

Di balik ujian dari-Mu

terdapat matahari yang benderang

*****

 

Kamu Takkan Pernah Kembali

Kamu Takkan Pernah Kembali
puisi sedih

*****

Oleh Pucha Putri

Aku sadar

Kamu telah memilih hati yang lain

Kamu takkan pernah kembali

Sebab cintamu bukan untukku lagi

*****

Kamu adalah tokoh dalam ceritaku

Meski sekadar kisah masa lalu

Yang takkan terulang kembali

*****

Meski kini bias memori pudar pelan-pelan

Perasaanku padamu akan selalu utuh

Seperti dahulu

Tetapi jika rasaku tak lagi utuh, jangan bertanya kenapa

Sebab rinduku selalu tentangmu

cuma milikmu

cerita masa laluku

*****

 

Sakit

Sakit
www.flickr.com

*****

Taman berkilauan indah

Aku bahagia bertemu denganmu

Dan aku hancur jikalau berpisah

Aku tidak perlu membawa mawar

Terlalu indah untuk dilihat

Dan teramat sakit terkena durinya

*****

Ingatlah, akan kutunjukkan padamu

Lekaslah datang

Kini aku menunggu, menunggu kehampaan

Jika tak ada, kau tahu apa maksudnya

*****

Kini aku tertusuk durimu

Kumohon terima aku hingga aku tak sakit menunggu

Dan tidak cuma memandang keindahanmu dalam sakitku

*****

 

Sendiri

Sendiri
puisi sedih

*****

Setengah diriku pergi

Setua aku kau suruh belajar kembali

Kaki ringkihku kau tuntut melangkah sendiri

*****

Dunia terbelah sampai aku terjebak di dalamnya

Kenapa lagu sedih terdengar di telinga yang mulai tuli

Mata rabun pun terang melihat, kau tinggi terang

*****

Kau tersenyum manis, apa itu mengejekku?

Melihatku lemah tanpa turut membantuku memanggulnya

Kau bilang aku akan mendapatkan orang lain

Aku takkan pernah sanggup

Meski mulai belajar menghabiskan isi gelasku sendiri

Aku takkan pernah mampu

Ginjal ini kian menua, mengapa kau tega

*****

 

Puisi Terakhir

Puisi Terakhir
www.lumbungpuisi.com

*****

Tak bisa lagi berdiri ketika cinta tak lagi bisa kuraih

Kenapa cinta amat menyiksa hati?

Mengapa rindu semakin dalam semakin menyakiti?

Tak jelas dengan semua kondisi yang terjadi

Tak tahu akan bersandar pada bahu yang sudah hilang

*****

Aku tak tahu sampai kapan akan terus begini

Bukan keluh lagi yang terucap, melainkan rasa ingin tahu 

yang makin lama makin jauh

memendam amarah saat pengkhianatan nyata terlihat

diam, cuma terdiam, tak tahu arah yang harus dituju

*****

kosong, ruangan yang dulunya penuh keindahan cinta

sepi, tersadar masa yang pernah hidup dan sekarang mati

gelap, warna-warni cinta lenyap tergantikan kelabu belaka

*****

Tuhan … kalau sesungguhnya ini kehendak dari-Mu

Tolong buat aku lebih kuat agar menjadi perempuan yang tegar

Tuhan … kalau nyatanya dia bukan tercipta untukku

Tolong bantu aku dalam mengikhlaskan perasaan tentangnya

*****

Aku hanya ingin menyaksikan kebahagiaan dirinya

Meski cuma kesakitan yang akan kuterima

Cintaku bukan maksud tidak kuperjuangkan

Melainkan, cinta kukorbankan demi kebahagiaan yang kucinta

*****

Aku hanya manusia tak tahu diri

Padahal aku tak memiliki apapun untuknya yang bisa kuberi

Cinta yang percuma takkan disambut balasnya

Cinta yang diam akan membuatnya jadi makin jauh

Kini aku cuma bisa tersenyum, mencoba hindari kesakitan ini

Dia adalah masaku yang terindah ….

*****

 

Derai Lara

Derai Lara
mediasantri.id

*****

Dijerat dalam sunyi,

merengkuh impian yang sepi,

hembuskan napas yang sebagian kikis

serasa umpama telah mati

gelegak yang kaku dalam kelam

memikirkan apa yang akan kuterima kemudian

asa berujung penuntasan

menunggu dibalas rasa sakit

sungguh, lirihan ini berarti

*****

Sendiri,

Fakta pahit harus terpaksa kutelan

Lidahku kaku,

pikiran mengamuk, naluri berkeras

hati masih bertahan, sempat

namun, raga ini tak bisa

Ini memang cuma sesaat

namun, bisakah besok tak ada lagi yang sesak?!

*****

 

Perih

Perih
puisi sedih

*****

Oleh Rahmat Kurniawan

Dukaku mendamba dunia yang indah

Lukaku goreskan pahatan sejati

Biar tak ada seorang pun mengerti jika

aku kecewa pada ceritaku yang perih

*****

Apakah aku lelaki yang tak tahu diri?

Sampai berani berasumsi bahwa cinta tentang hati

bukan terkait mata

kurasakan cinta bersama perasaan

tidak bersama logika

*****

Bahkan aku sampai hilang akal sehat

lalu mendorongku tenggelam

dalam kehancuran

serta nestapa hidup

Perih yang aku rasa seolah-olah tak sanggup kuhadapi

Aku patah, bersama seluruh sayap palsu

Aku mati, bersama sebuah nyawa rapuh

*****

Namun, takkan kutangisi sebab ini adalah nasibku

Aku butuh mempunyai kebiasaan terhadap duka

Sebab luka merupakan duka

Dan duka adalah aku.

*****

 

Penyesalan, Sampai Kapankah?

Penyesalan, Sampai Kapankah?
puisi sedih

*****

Sekarang tak lagi aku bisa menemukanmu

Di bawah terangnya cahaya matahari

Atau pun dengan arahan bulan

Ribuan bus aku naiki untuk membawamu kembali

Untaian pesan aku kirim supaya kau mau memahami

*****

Terlambat? Inikah yang terjadi?

Sosokmu yang dahulu nyata tidak lagi terlihat

Suaramu yang nyaring, tidak lagi tertangkap oleh telinga

*****

Dunia jadi terbalik, tetapi apa mungkin?

Tetapi yang di bawahku saat ini dahulu di atasku

Goncangan dahsyat telah kusajikan pada dunia ketika itu

Ketika sebuah sentuh pecahkan rapuh hati, yang kau sebut tombol abadi

*****

Hancur, begitu pula yang kau alami

Lamat-lamat pudar seiring jauh langkahku penuh sesal

Mencari damai yang telah lewat 1000 malam

Asa menemukanmu di balik sendu masih tangguh kujaga

*****

 

Yang Tertegar

Yang Tertegar
www.hipwee.com

*****

Ku menghela napas lebih berat

sebab yang kudapat hanya luka

bernapasku berlangsung lebih lambat

sebab rasa kecewa hadir menghambat

*****

Ku tertawa semakin lebar

Supaya ia menjadi obat hati yang terkekang

ku menyanyi nada-nada sendu

agar sedikit menghindari gejolak emosi mengadu

*****

Semangatmu melemahkanku

turunkan obsesi dalam sukmaku

sedihku kini tak tertahan lagi

dan ketegaran menjadi sanksi kondisi yang tercipta

*****

Tidak perlu lagi ku utarakan

bagaimana capeknya sebuah penantian

dan kaki yang telah sangat jauh melangkah memasuki hidupmu

rapuh, resah, sedih, dan lelah

melebur dalam tangis yang coba mematikan rasa

*****

 

Pergi untuk Kembali

Pergi untuk Kembali
www.satuharapan.com

*****

Aku pamit pergi …

untuk berlalu meninggalkanmu

perasaan sakit ini bagaikan tertusuk-tusuk

namun rasanya masih mampu untuk diriku pendam

*****

Barangkali sesungguhnya ini menyakitkanmu

namun beginilah aku …

Aku adalah seseorang yang takut ….

Takut menyakitimu lebih dari ini

*****

Biarlah aku sejenak pergi …

sebab pergi adalah untuk kembali

*****

 

Hujan Tangis ini

Hujan Tangis ini
puisi sedih

*****

Ombak tinggi yang mengandung duka

Hempaskan semua luruh tanpa sedikitpun rasa

Hujan tangis yang nyaring memekak

Ibarat petir yang siap membelah angkasa

*****

Cerita ini …

Alam yang menangis ini…

sisakan luka perih nan mendalam

menghancurkan alam raya

*****

Alam kini murka terhadap mereka

Memilih menegur tanpa belas kasih

Akankah mereka sadar?

Tidakkah mereka menyadari murka alam ini?

*****

 

Akhir Kisah ini

Akhir Kisah ini
puisi sedih

*****

Tidak pernah kuduga akan secepat ini

Kamu pergi meninggalkan sejuta kenangan 

Banyak kenangan indah yang takkan bisa kulupakan

sesuatu yang akan menjadi sejarah bagi hidupku

Cerita cinta kita yang takkan lekang meski oleh waktu

*****

Tempo hari aku merasa masih mendengar tawa manja dari mulutmu

Dan kau pun tersenyum lembut di hadapanku

Namun sekarang semua telah berubah

kau yang sekarang hanya diam dan membisu

Wajah pucat pasif dan kau terbaring di hadapanku

*****

Nyeri hati ini ibarat teriris-iris

Memandang kondisimu saat ini

Ingin rasanya aku menggantikanmu di tempat itu

Biar kau kembali tersenyum dan tertawa

Yang sejak dulu mampu membuat hidupku menjadi berwarna

Kenapa secepat ini kau pergi meninggalkanku sendiri?

*****

Inikah akhir dari cerita cinta kita?

sebuah cinta yang murni

sebuah cinta yang sejati

harus diakhiri sebelum di pelaminan

harus diakhiri bersama tetesan tangis

harus diakhiri walau tidak ikhlas

*****

Inikah akhir cerita cinta yang harus aku jalani

walau sulit untuk aku terima

Namun akan kucoba untuk mengikhlaskan semuanya

supaya kau tenang di sisi-Nya

*****

 

Senja Kelabu

Senja Kelabu
puisi sedih

*****

Senja kini kelabu

Angkasa masih membiru

samudera beradu

dan hati sedang dihimpit rindu

*****

apakah dirimu di sana

dapat mengerti apa yang kurasa?

Anganku kini terbang jauh bersama

Dengan bayangmu yang semakin sirna

*****

Bisakah kau mendengar

teriak hati ini yang memanggil namamu

walau kau jelas bukan milikku

tetapi kau sangat penting bagi diriku

*****

Aku tahu

Kau hanya bisa menjadi

keabstrakan dalam kehidupan nyataku

sekaligus mewujud bias dalam hatiku

*****

tidak banyak yang kuinginkan

aku cuma ingin kelak kau tahu

Tentang perasaanku terhadapmu

*****

 

Bila Saatnya Tiba

Bila Saatnya Tiba
puisi sedih

*****

jika kelak aku sudah pergi

Di akhir petualangan hidupku ini

Aku ingin tak ada air mata mengiringi

Aku ingin hanya ada senyuman menemani

*****

Waktu bergulir begitu cepat

Aku pun bertambah repot dengan kesendirianku

sampai kunafikan mereka yang sayang padaku

Aku paham langkahku bertambah rapuh

*****

Maafkan aku atas dosa-dosaku

Tidak pernah hati ini bermaksud menyakitimu

Aku hanya ingin kau ada di sisiku

ketika nafas ini meninggalkan ragaku

*****

Ya Illahi Robbi

Izinkan aku membawa senyum mereka

Orang-orang yang membuat hidupku jadi lebih bermakna

Jangan biarkan mereka dihinggapi duka dan kecewa

Sekarang, nanti dan selamanya

*****

 

Rintihan Lara

Rintihan Lara
puisi sedih

*****

rebah laraku di bawah lentera hari yang merindu

hanyut syahdu ketika rintik hujan menyapu

lagi, air mata berderai meratap kelu

serasa tak mungkin kutemukan langit biru

*****

Rapuh sudah aku meradang pada gelap malam

Tak ingin bergantung pada kenangan manis lampau

Takkan juga sesal di patri pada kisah kemudian

Cuma sesak luka saat kulewatkan bayangmu kian menghilang

*****

Ratusan hari berlalu masih aku berlinangan tangis

Beku sejenak, denting pun tak mengubah perasaan ini

Keluh kesah kubiarkan pada lingkaran hening

Dihimpit deru rintih sunyi yang perlahan menyepi

*****

bersama lara kususun serpihan hati yang kau kaupatahkan

Ku merajutnya lagi dan kuartikan sebagai mula kisah hidup tanpamu

Kurangkai bait-bait huruf untuk ekspresikan haru

Mudah-mudahan cinta akan melingkari kisahmu dan hati barumu

*****

 

Ilusi

Ilusi
puisi sedih

*****

Pagi Hari

kala netraku terbuka karena mentari

Di kaca jendela kau tampakkan ilusi

Serasa bukan mimpi kau mengajakku menari

ketika aku berdiri, kau berlalu pergi

*****

Siang itu

kala segenap lelah melanda

Tampak bayangmu tersenyum padaku

Sebelum sempat ku ucap kata sapaan

Kau telah hilang bersama bayanganmu

*****

Malam sepi

Kala damai dari temaram nyala api

Ilusimu datang lagi sekian kali

Kuhampiri bersama sejuta emosi

Tak kuduga kau selamanya berlalu pergi

*****

Hari berlalu …

kala aku berjalan, kau datang menghadang

sekarang kuabaikan, enggan kuhiraukan sosokmu

Tak kuhiraukan meski kau kini menangis semu

Aku sudah lelah jadi cermin ilusimu

*****

 

Satu Senja

Satu Senja
puisi sedih

*****

Kenalkan, namanya senja

Dengan semua lelah yang tak kunjung indah

Dengan segala peluk hati namun hadirkan gundah

Awan tak berubah biru

Matahari yang terik tak lagi tersenyum padaku..

*****

Satu senja memberi arti

Bahwa hari harus diakhiri

Bahwa pekat patut dihadapi

juga kosongnya cinta yang tak memiliki

Dan tentang kehilangan itu sudah pasti

*****

Remang senja mempecundangi diriku

menakutiku dengan jauhnya bayanganmu

tuturkan segenap ingatan masa silamku

masa yang indah dan selamanya indah jika bersamamu

*****

Kau kini jauh

Jauh dari jarak yang bisa kutempuh

Jauh dari hati dan badan yang penuh peluh

Jauh dari cinta yang tak lagi bisa kurengkuh

*****

Dan senja, aku memohon satu hal saja

Sebelum pemilikmu menarikku ke surga-Nya

Katakan melalui gelombang, sepi malam, atau siapa saja kawan yang kau punya!

jika cintaku pasti dan selamanya

*****

 

Perubahan Sifatmu

Perubahan Sifatmu
www.hipwee.com

*****

ketika kita masih bersama berdua

Kamu amat mengasihiku

Dan setiap aku bersedih

Kamulah yang selalu datang menghiburku

*****

Tetapi, kenapa dengan kondisi sekarang?

Kamu enggan menyapaku

Kamu seolah tak sudi memanggil namaku

Kamu juga sudah tidak pernah menghiburku kembali

*****

Ingin ku bertanya, inikah sifat aslimu?

Namun kusangka ini bukanlah sifatmu

Karena aku terlalu memahami sifatmu

Apakah ini sebuah tanda kalau sifatmu telah berubah padaku?

*****

 

Belenggu

Belenggu
puisi sedih

*****

Terpuruk aku di sini

Sendirian, mengobati sakit di dalam hati

meski sungguh berat

namun aku wajib melepasmu

merelakan semua kenangan,

yang perihnya tetap memaksaku untuk menangis lagi …

*****

aku berdoa,

supaya kau bahagia di kehidupanmu yang baru …

tanpa ada beban karena harus mencintaiku

dan jangan kau mencoba menghapuskan air mataku …

sebab hanya air mata ini yang selamanya menginginkan dirimu kembali

*****

sejujurnya, aku menyesal telah mengenalmu…

namun aku juga menyadari,

tak sedikitpun aku akan bisa membencimu.

sebab segala yang kita alami meski hanya potongan kecil,

adalah perjalanan hidup yang harus kita lewati…

tak perlu lagi kau mencari sebuah alasan,

karena mungkin hanya Tuhan yang tahu,

kenapa kita harus saling menyakiti

*****

 

Catatan Derita

Catatan Derita
puisi sedih

*****

Ku tak kuasa merangkum darah tinta merah ini

Membayang bingkai dedaunan terpasung di tengah beku

Di antara seringai melati bertudung abu-abu

Dan yang tidak berhenti bicarakan benalu

*****

Hujan datang ucapkan salam, ungkapkan muka

Mengetuk bingkai kayu jendela yang melapuk

Niskala yang buta memejam gelap senjakala

Aura kaku tersamar komat-kamit mantra

Awan muram menangis serempak bersama gunturnya

*****

Badan yang dihancurkan mimpi

Lipatan raut wajah berubah pasif

Seketika duka menghunus belati

sedepa di lubuk padang memori

*****

 

Kenanganku dan Dia

Kenanganku dan Dia
puisi sedih

*****

Dahulu kita ingin bersama selamanya

habiskan hari-hari yang penuh warna

bercanda tawa di bawah cahaya bulan

Semua tentangmu telah aku pahami

Dan tak ada rahasia yang kusembunyikan lagi

sebab saya sangat percaya denganmu

*****

tetapi …

sekarang semua sekadar bayangan

Semua hanya jadi kenangan

Yang terkubur dengan rasa kehilangan

Aku kehilangan dirimu yang sempurna

*****

Barangkali semesta tak menyepakati kita bersatu

dalam ikatan persahabatan yang suci

Biarlah semua yang sudah terjadi

sebab mungkin ini adalah yang terbaik

*****

Tetapi …

Kau masih menjadi yang terindah

Dan hanya kau seorang

yang takkan bisa tergantikan, meski oleh intan permata sekalipun

*****

Aku berdoa

Kuharap kau mendapat tempat yang indah di sana

Bahkan jauh lebih indah dari semua kenangan kita

*****

Baca Juga Pantun Teka Teki

Demikian contoh puisi tentang berbagai kesedihan yang mungkin terjadi dalam hidup kita. Bersedih bukan hal yang tabu. Ada saatnya bersedih memang perlu. Yang lebih penting adalah setelah itu, kita harus bangkit kembali.

Tinggalkan komentar