Contoh Cerpen Dewasa yang Berisi Renungan Dan Menginspirasi

Cerpen dewasa – Cerita pendek atau cerpen untuk orang dewasa tidak melulu tentang hal yang berkaitan dengan masalah cinta. Semakin bertambah usia seseorang atau semakin dewasa dirinya, maka semakin banyak pula  kejadian atau pengalaman yang dialaminya.

Baik itu kejadian yang menyenangkan atau malah kejadian sebaliknya. Reaksi sikap kita terhadap suatu permasalahan dapat menjadi tolak ukur dewasa nya diri seseorang. Tentunya dari setiap peristiwa yang terjadi, seharusnya kita mengambil pelajaran berharga dari dalamnya.

Tidak melulu tentang pengalaman pribadi kita. Terkadang kita juga perlu untuk mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain. Misalnya saja kita membaca cerita dari pengalaman seseorang.

Entah itu pengalaman mengenai depresi, kesedihan, percintaan,  pengorbanan atau yang lainnya. Berikut ini kami sajikan beberapa cerita dewasa yang berisi cerpen renungan yang mungkin dapat diambil pelajaran dari cerita tersebut. 

Contents

Kumpulan Cerpen Dewasa

Brangkas

Brangkas
www.liputan6.com

Tuan Sidik  duduk di depan meja makan rumahnya pada pukul; 10.00. di meja makan, terdapat seperangkat perlengkapan teh bermotif bunga- bunga. Cangkir- cangkir lain tertutup. Hanya ada satu cangkir yang terbuka, kosong. Tidak ada yang mengepul daro moncong poci.

Sebagai informasi, ini merupakan bukan jam biasanya Tuan sidik minum teh. Jadi, Tuan Sidik hanya duduk di sana, dengan satu cangkir terbuka dan lima cangkir yang lain menelungkup di pisin mereka serta poci poselen yang tertutup, tidak berisi teh. Dia menunggu  datangnya pukul empat.

Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya selain duduk di depan meja makan, di hadapan seperangkat cangkir teh peninggalan istrinya, untuk sebuah ritual yang di jalaninya sejak berpuluh- puluh tahun lalu. Seharusnya dia sedang berada di depan meja kerjanya saat ini.

Menginput angka- angka. Dia baru akan sampai rumah di pukul tiga sore, menerjang air dan membuat teh melati kesukaannya. Kadang- kadang jika suasana hatinya sedang sangat baik, dia akan menyeduh teh merek Inggris yang dibelinya di toko swalayan impor. 

Sore kemari sebelum dia mengemasi tas kerjanya, Pak Manajer memanggil Tuan Sidik ke ruangannya, berkata kalau tidak ada tempat lagi untuknya. Perusahaan mereka telah membeli sistem keuangan baru yang bisa memangkas  satu pekerjaan, lebih hemat, lebih cepat.

Dan pegawai tua yang tidak ambisius seperti Tuan Sidik tentulah yang dahulu di depak. Pak manajer berkata kalau dia sangat menyesal memecat Tuan Sidik yang loyal. Waktu kerjanya di perusahaan ini bahkan lebih tua dari umur pak Manajer sendiri. Namun tuan Sidik memang sudah renta.

Seandainya perusahaan itu tidak membeli sistem keuangan barupun Tuan tidak memang sudah harus pensiun. Tuan Sidik memang akan pensiun, tetapi itu baru tahun depan. Tuan Sidik belum menyiapkan apa yang akan di lakukannya jika pensiun tahun ini. Dia menyiapkan apa yang akan di lakukan untuk tahun depan.

Jangan salah, Tuan Sidik bukanlah seseorang yang kekurangan uang. Di rumah kecilnya yang hanya terdiri atas satu kamar, satu ruang tengah , satu dapur, dan satu kamar mandi, dia menyimpan sebuah brangkas berisi harta yang dikumpulkannya selama bertahun- tahun.

Dia tidak mempercayai bank. Dia hanya pergi ke sana untuk menukarkan uang yang sudah tidak berlaku lagi dalam brangkasnya. Tuan Sidik pindah ke rumah yang lebih kecil setelah istrinya meninggal dunia dua puluh tahun yang lalu. Merawat rumah besar dengan kebun sungguhlah merepotkan, jadi dia memilih pindah.

Tuan Sidik pergi ke kantor hanya untuk rutinitas. Bahwa dia bangun pukul setengah lima pagi untuk salat Shubuh, menjerang air untuk mandi dan teh pagi, memasukkannya ke termos berganti pakaian olah raga, berlari mengitari lapangan dekat rumahnya lima kali, pulang seraya mengeringkan keringat, mandi, membuat teh, kemudian berangkat tepat pukul tujuh pagi.

Dia selalu tiba di kantor pukul setengah delapan, setengah jam lebih cepat  daripada jam kantor. Dia bekerja dengan giat dan tekun hingga jam makan siang, memakan menu yang hampir tidak pernah berubah di kantin kantor, bekerja dengan giat dan tekun hingga pukul 3, dan pulang tepat waktu.

Menjerang air lagi setibanya di rumah dan kembali minum teh. Di lingkungan rumahnya, Tuan Sidik dikenal tidak suka bersosialisasi. Dia hanya akan muncul saat Ramadhan, salat Tarawih setiap malam, tidak pernah absen. Dan dia adalah orang yang memberikan THR paling banyak untuk anak- anak di RT- nya yang mayoritas tidak mampu.

Salim adalah salah satu anak itu. Tahun ini usianya sembilan belas tahun. Sudah lulus SMA. Tuan Sidik tidak lagi memberikan THR untuk anak- anak di atas tujuh belas tahun atau sudah lulus SMA. Mereka seharusnya sudah mandiri, jadi  tidak berhak lagi akan THR.

Namun, Salim sama sekali tidak lah mandiri. Orang tuanya yang tersisa Cuma Bapak, meninggal seminggu lalu karena TBC. Bapak Salim mengumpulkan sampah dari rumah- rumah warga setiap shubuh, dan demi menghangatkan diri pun, bapaknya Salim merokok.

Sehari, dia bisa habis dua bungkus Dji Sam Soe, yang jika uangnya dia kumpulkan sejak Salim lahir, dia bisa membiayai anak itu kuliah. Namun, bapaknya Salim sama sekali tidak berfikir sampai ke sana. Jadi, karena perokok dan udara dingin itu, TBC bapak Salim semakin parah, dan puncaknya, dia meregang nyawa.

Meninggalkan Salim sendiri, mewariskan rumah yang hampir runtuh, dan pekerjaan sebagai tukang sampah, serta kebiasaan merokok. Salim termasuk anak yang pintar. Sama seperti anak pintar lain yang terbentur biaya dan pola pikir orang tua yang kurang cerdas, dia pun putus sekolah saat SMA.

Tidak apa apa putus sekolah saat SMA, toh dia bisa sekolah sampai SMA. Benar, tidak? Namun, sebenarnya Salim ingin kuliah. Bukan demi gaya- gayaan seperti banyak orang kaya. Dia ingin menjadi ilmuwan. Seperti Einstein, Newton atau Hawking dan dia yakin dia bisa jika kuliah.

Akan tetapi, seperti yang kita semua sudah tahu, dia tidak memiliki biaya. Tadi pagi, saat dia mendorong gerobak sampahnya di gang- gang sepanjang rumah, mengumpulkan sampah- sampah, dia melihat pintu rumah Tuan Sidik terbuka. Hal pertama yang di lihatnya adalah lukisan abstrak berukuran 60×70 sentimeter menutupi dinding d seberang pintu.

Salim pernah membaca, lukisan abstrak semacam itu bisa berharga puluhan juta, jika dia tahu ke mana harus menjualnya. Jika nama pelukisnya cukup terkenal. Namun, tak mungkin orang yang tinggal di lingkungan kumuh seperti Tuan Sidik memiliki lukisan berharga puluhan juta, pikir Salim.

Dia mendorong gerobak sampahnya, tetapi pikirannya tidak bisa lepas dari Tuan Sidik. Salim mengingat bahwa sejak kecil, dia selalu mendapat uang THR dari Tuan Sidik. Hingga tahun ini, tahun ini dia tidak mendapatkan apa pun. Dia sama sekali tidak punya uang untuk lebaran, apalagi untuk kuliah.

Saim pernah mendengar desas- desus kalau di rumahnya yang kecil itu, Tuan Sidik menyimpan sebuah brangkas. Dia tahu Tuan Sidik hanyalah pegawai administrasi dengan gaji kecil, tidak mungkin dia bisa memberikan THR sebanyak itu untuk sekitar tiga puluhan anak di RT ini.

Tuan Sidik pasti memiliki harta berlimpah, dan di balik lukisan abstrak yang sepertinya bernilai jutaan rupiah itu, pasti Tuan Sidik menyimpan semua uangnya. 

Baik Saja Tidak Cukup

Baik Saja Tidak Cukup
humairoh.com

Sebuah cerpen renungan yang di tulis oleh Idrus Cerpen

Namaku Reny, anak keempat dari lima bersaudara. Meskipun aku tidak berhijab tapi aku masih melaksanakan kewajiban ibadah sholat. Orang tuaku rajin beribadah sholat.

Ibuku sering mengikuti acara pengajian di lingkungannya. Sholat malam pun, aku pernah melihatnya. Sedangkan ayahku dia sangat rajin beribadah sholat berjamaah di masjid. Orang tuaku, terutama ibuku sangat begitu perhatian. Ibuku tidak ingin anak- anaknya mengikuti pergaulan bebas.

Seperti yang terjadi di jaman modern ini. Bila aku sekolah dan terlambat pulang ke rumah, ibuku sangat khawatir dan akan terlihat marah padaku. Banyak pertanyaan yang dia tanyakan kepadaku.

“kenapa kamu terlambat ?”

“dari mana saja kamu ?”

“jalan sama siapa saja kamu ?”

Bila aku menjawab setiap pertanyaannya. Ibuku akan terlihat semakin marah padaku dan akhirnya aku yang harus mengalah.

Aku tahu maksud ibuku itu baik. Dia tidak ingin anaknya bergaul ke jalan yang salah dan membuat keluarganya malu karena pergaulan anak- anaknya. Sebenarnya aku pun sudah berusaha untuk tidak terlambat pulang. Karena aku pun sudah malas mendengar pertanyaan- pertanyaan yang sudah sering aku dengar itu. 

***

Di tempatku yang saat ini aku kuliah, aku punya satu teman laki- laki, panggilannya Kak Riko. Aku memanggil dia kakak, karena dia lebih dewasa dariku. Dan pula dia yang paling pengertian di bandingkan teman- temanku yang lain. Dia yang paling sering mendengar curhatanku.

Dan yang lebih sering memberi solusi ketika aku sedang mempunyai masalah. Tidak hanya itu saja. Aku lihat dia pun rajin beribadah sholat. Dengan itu, aku menganggap dia sudah seperti kakakku sendiri. 

“Ren aku antar pulang dulu ya ?”

“tapi aku sholat dulu ya ?”

“Oo boleh, aku juga belum sholat “

“kalau gitu kita bareng aja sholatnya “

“yuk “

Bila aku mengajak kak Riko untuk sholat. Kak Riko selalu mau.

***

Setelah lulus kuliah, ibu memintaku untuk berhijab. Karena aku ingin ibuku terlihat senang. Aku mengikuti kemauan ibuku. Saat itu pula aku sudah mulai berhijab.

Beberapa bulan menganggur akhirnya aku mendapatkan pekerjaan di rumah sakit, yang jauh dari tempat rumahku. Dan hubunganku dengan kak Riko masih berjalan sebagai saudara.

Aku belum terlalu tahu daerah tempatku bekerja. Waktu pulang kerja aku telepon kak Riko.

“Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

“kak boleh Reny minta tolong ga? “

“apa dek ?”

“Reny belum tahu daerah sini bisa antar Reny pulang ga?”

“Oo boleh- boleh. Sekarang aku ke sana ya”

“makasih kak”

“sama – sama”

Sebelum dia mengantarku pulang, kak Riko mengajakku untuk pergi sebentar ke kostannya. Ada sesuatu yang akan dia berikan padaku. Ya karena aku sudah percaya sama dia. Dan sebenarnya aku sudah lama mencintai dia. Maka itu aku menuruti saja kemauannya.

Di dalam kost-kostannya aku meminta izin padanya untuk melaksanakan sholat magrib. Sedangkan dia pergi untuk mandi. Aku pikir mungkin dia mau sholat juga jadi aku menunggu dia karena aku ingin sholat berjamaah dengannya.

Setelah kak Riko selesai mandi dan aku sudah memakai mukena untuk sholat, kak Riko menutup pintu depan dan ia mendekatiku. Aku masih belum mengerti apa yang akan dia lakukan padaku. Ternyata dia membelakangiku. Lalu memelukku dengan erat. Aku sempat memberontal. Namun pelukannya sangat kuat. Hingga aku tak bisa melepaskan pelukannya. 

“kak apa apaan nih? Jangan kak”

Dia terus mencumbuiku, menciumku dan melepaskan mukena yang sudah aku pakai. Aku berteriak “tolonggggg”. Berkali- kali aku berteriak minta tolong namun tidak ada yang mendengar teriakanku itu, hingga aku terbaring dan tak sadarkan diri. 

Jam sepuluh malam aku mulai sadar dengan keadaan telanjang tanpa sehelai benang pun.

“kak apa yang kamu lakukan sama aku “

“maaf de sudah lama aku memendam perasaanku ini aku cinta sama kamu”

“tapi bukan begini dong caranya. Aku benci kakak “

Karena aku tidak begitu tahu jalan pulang. Meskipun saat itu aku sedang marah sama dia. Aku tetap diantar pulang oleh kak Riko.

Sesampainya di rumah. Aku masuk kamar tanpa sepengetahuan orang tuaku dan saudara saudaraku. Malam itu, aku lebih sering memikirkan dia. Mengapa dia bisa memperlakukan itu padaku. Aku sungguh  tidak tahu akan terjadi seperti ini. Pria yang sudah aku kenal pria baik dan pria rajin ibadah.

Namun akhirnya dia melakukan sesuatu padaku yang tidak manusiawi. Aku sungguh sangat kecewa. Malam itu aku sampai melupakan makan. Hanya tangisan dan badanku terasa lemas. Jam dua pagi lebih, aku baru bisa tidur. 

***

Keesokannya aku tidak masuk kerja.  Saat itu aku izin tidak masuk karena badanku terasa sedang tidak enak. Karena kebencianku pada kak Riko, semua kontak yang berhubungan dengan dia aku hapus semua.

***

Singkat cerita

Satu bulan kemudian aku sedang bekerja. Ada nomor telepon masuk yang tidak aku kenal. Karena waktu itu aku sedang malas untuk berbicara. Aku diamkan saja teleponku berdering. Tidak lama kemudian ada sms masuk. Dengan rasa malas aku melihat isi pesan sms itu.  Ternyata nomor yang meneleponku adalah kak Riko. Saat itu juga aku langsung menelepon dia.

“kak sampai sekarang aku belum datang bulan “

“apa ? kamu hamil?”

“aku belum berani periksa kak “

“ya sudah nanti kamu pulang kerja aku ke sana”

Sore itu aku ketemuan dengannya. Dan kami langsung ke klinik untuk periksa yang ada di dalam perutku. Apakah aku sedang hamil ?

Hasilnya positif hamil. Aku hamil dan kak Riko terkejut dan terlihat sangat ketakutan. Dia mengajakku ke tempat ATM dan dia transfer uang sebanyak dua juta rupiah ke rekeningku.

“aku tidak mau jika anak yang kamu kandung itu akan lahir. Kerjaanku sedang bagus- bagusnya. Jadi kamu harus aborsi anak itu. Dan untuk biaya aborsi aku sudah transfer ke rekening kamu”

Di tempat itu pula aku langsung mengecek uang yang dia transfer. Dan ternyata benar, dia sudah mentransfer uangnya. Aku langsung saja ambil uang itu dan aku kembalikan pada nya.

“ini kak aku gak butuh uang ini. Kakak harus bertanggung jawab dengan perbuatan kakak ini”

Aku terus memaksa dia dan meminta padanya untuk bertanggung jawab. Tiba- tiba dia kabur begitu saja. Meninggalkan aku sendiri di tempat itu. Aku pulang ke rumah dengan mataku yang masih berair. 

***

Dengan keadaanku seperti ini yang menurutku ini adalah masalah besar buatku. aku begitu bingung dan gelisah, entah aku harus berbuat bagaimana. Orang tuaku yang selalu mengingatkanku terutama ibuku yang begitu fanatik. Takut akan terjadi hal kejadian yang sedang aku alami. 

Ibuku, ayahku, saudaraku bila mendengar apa yang sedang aku aku alami mereka pasti akan marah dan akan membentakku, memaki- maki diriku. Meskipun nanti aku cerita sebenarnya yang menurutku aku tidak melakukan kesalahan tetap saja mereka pasti akan menyalahkan aku, dan aku hanya akan membuat keluargaku malu.

Hingga nama baik keluargaku akan berganti menjadi keluarga yang buruk. Itu semua karena diriku. Dini hari aku masih percaya pada Allah. Apa yang sedang terjadi padaku mungkin ini adalah karenaku sendiri. Aku telah percaya pada pria dan mau saja di ajak berduaan di dalam satu ruangan yang sunyi dan aku masih percaya apa yang terjadi padaku adalah yang terbaik untukku. Untuk menebus dosa- dosaku.

Mungkin sebelumnya aku sering membuat ibuku marah. Aku pun pernah marah pada ibuku, dongkol pada ibuku, benci pada ibuku. Meskipun itu hanya aku pendam di dalam hatiku. Padahal ibuku selalu mendoakanku. Aku memakai hijab pun bukan karena biatku sendiri.

Itu pun karena ibuku yang memaksaku untuk berhijab. Hijabku dan sikapku sangat berlainan. Cara aku bersikap pada pria dab pada pria yang ku anggap  pria baik tidak semestinya aku lakukan sebagai seorang muslim berhijab. Seharusnya sebagai muslim yang baik aku harus menolak ajakan untuk pergi ke kost- kostannya.

Aku sadar dan karena itu. Saat itu pula aku mencoba bersujud (sholat) berdoa minta pertolongan pada Allah. Agar di berikan petunjuk apa yang harus aku lakukan. Aku sudah tidak sanggup lagi dengan cobaanku ini.

***

Karena aku masih merasa sangat ketakukan, aku memutuskan untuk sementara tidak menceritakan dahulu kepada keluargaku tentang kehamilanku ini. Dan aku mencoba bekerja seperti biasanya. Namun kesalahan tidak akan bisa terus di sembunyikan. Dan waktu yang akan memperlihatkan rahasia itu.

Hari berganti hari, hingga bulan berganti bulan, semakin lama perutku ini akan terlihat perlahan- lahan membesar.

Dua setengah bulan perutku sudah sedikit terlihat membesar. Aku berhenti bekerja. Bila aku terus bekerja aku sangat malu pada teman-teman kerjaku. Karena mereka tahunya aku belum menikah. Apa kata mereka nanti jika ternyata aku hamil sebelum menikah. 

***

Ketika ibuku sudah mulai curiga, mau tidak mau aku harus menceritakan yang sebenarnya. Dan apa yang terjadi benar dugaanku. Ibuku sangat histeris dia marah padaku. Memaki- maki diriku dan mempertanyakan siapa yang menghamiliku. Ibuku dan ayahku langsung mengataiku bahwa aku ini “BEGO”  karena aku tidak langsung melapor ke polisi pada saat aku di perkosa sama kak Riko.

Waktu kejadian itu aku sempat berpikiran, bila aku melapor aku takut anakku ini tidak akan mempunyai ayah dan aku masih percaya suatu saat nanti kak Riko akan bertanggung jawab tentang kejadian ini. 

Tapi nyatanya pikiran itu salah besar. Saat ayahku menanyakan tentang kak Riko, aku tidak tahu tentang keberadaannya. Ibuku langsung saja jatuh sakit untuk waktu yang begitu lama. Karena sebelumnya ibu sudah mempunyai penyakit, akhirnya ibu meninggal dunia.  

Apa yang sudah aku lakukan selama ini. Mengapa kesalahanku ini harus kehilangan ibuku. Seberapa besarkah dosaku ini ya Allah. Aku sungguh tidak rela kehilangan ibuku karena kehidupanku ini. Aku sungguh menyesal apa yang terjadi padaku. Ini bukan kemauan ku ibu. Aku pun tidak tahu akan terjadi hal ini. 

***

Aku tidak ingin berlama lama di rumah. Aku tidak ingin keluargaku malu karena kehadiranku di rumah. Aku memutuskan untuk kabur dari rumah. Aku pergi ke rumah teman dekatku. Alhamdulillah dia mau menerima kehadiranku.

Selama di sana aku mencari dimana keberadaan kak Riko untuk meminta pertanggung jawabannya lagi. Kami kemudian janji untuk bertemu di kost nya yang baru. Walaupun aku masih takut padanya,, aku beranikan diri untuk datang. Ternyata yang terjadi bukanlah yang aku harapkan.

Ternyata dia sudah menyiapkan obat untuk menggugurkan kandunganku. Ketika aku menolaknya, dia semakin memaksaku, memakiku, memukul wajahku, dan menendang perutku. Tapi alhamdulilah aku bisa kabur darinya. Dengan keadaan yang penuh dengan  memar- memar pukulan dan tendangan yang aku dapatkan dari dia. 

Ayahku kemudian sering menghubungiku. Hingga ayahku dan saudara – saudaraku sudah mau menerima keadaanku ini. Aku di paksa pulang ke rumahnya. Mereka akan membantu kehamilanku ini. Aku sangat terharu. Keluargaku masih mau menerimaku sebagai keluarganya.

Selama di rumah aku sudah mulai melupakan kak Riko karena aku sudah tahu dengan sikapnya dia. Dia sudah benar- benar tidak menginginkan anakku ini. Anak dalam perutku sudah berusia tujuh bulan. Aku merasa perutku sakit sekali. Apa ini pengaruh pukulan dari ayah anakku ini.

Kemudian ayah mengantarku ke rumah sakit, alhamdulillah anak dalam perutku masih dalam keadaan sehat. Kurang lebih satu bulan kemudian anakku lahir dengan normal dan sehat. Allah masih baik padaku. Allah masih percaya padaku untuk merawat anak ini. 

***

Anakku sudah berumur tiga tahun. Kemudian aku bekerja di di tempat yang dulu aku bekerja. Alhamdulillah Rumah Sakit itu masih mau menerimaku. Namun aku masih merahasiakan keberadaan anakku dari teman- temanku. Yang ku pikir saat ini hanya ingin mencari uang untuk membiayai kebutuhan hidup anakku.

Karena aku ingin membesarkan anakku dengan kerja kerasku sendiri. Aku tidak mau lagi merepotkan keluargaku. Dan sekarang aku berhijab, beribadah bukan lagi karen paksaan dari ibuku, tapi karena niatku sendiri. Aku ingin memperbaiki diri lagi, memperbaiki hidupku ke jalan yang benar. Semoga Allah selalu membimbingku.

Maafkan aku ibu, aku sangat menyesal dengan kejadianku ini. Aku berjanji aku akan memperbaiki diri. Aku akan mendekatkan diri pada Allah seperti apa yang di inginkan ibu. 

Semoga ceritaku ini, kalian tidak melakukan hal bodoh yang sama denganku. Jangan terlalu percaya sepenuhnya kepada pria. Pria yang baik tidak hanya dengan perhatian saja, tidak hanya kita melihat dia rajin ibadah sholat.

Bisa saja dia perhatian kepada kita, dia menunjukkan sholat pada kita karena hanya ingin mendapat apa yang dia inginkan dari kita. Ketika pria itu sudah berhasil mendapat apa yang di inginkan dia akan menghilang begitu saja dan tidak mau bertanggung jawab. 

Bukan Hartaku Tapi Anakku

Bukan Hartaku Tapi Anakku
cerpen dewasa

“Dari mana aja kamu ? kamu tahu gak sekarang sudah jam berapa ?” suamiku dengan wajah yang penuh dengan curiga, bertanya ketika aku masih berada di luar rumah.

“di kantorku lagi banyak kerjaan, jadi hari ini aku lembur lagi “ sambil masuk ke dalam rumah.

“Kenapa hari ini lebih lama dari kemarin ? anakmu tuh dari tadi nangis mulu “

“Di jalan macet” dengan jawaban yang sedikit malas karena suamiku sering bertanya seperti itu.

“MACET MACET, dah jalan kemana aja kamu ? sama siapa saja kamu jalan ? kamu mau selingkuh ?” suamiku tidak percaya dengan alasan apa yang aku katakan.

“Ngomong apa sih kamu, aku capek tauu” aku langsung pergi ke kamarku. 

“Mau kemana lo, sini aku belum selesai ngomong sama lo “ suamiku mulai berkata kasar. 

“Percuma aja aku ngejelasin, akhir- akhirnya kamu ga percaya juga “ suamiku menghampiriku. menarik  tanganku dan menampar wajahku.

Yang menjaga anakku adalah pembantuku. Tapi setelah aku atau suamiku sudah ada di rumah, pembantuku langsung pulang. Sudah sebulan ini suamiku bersikap aneh dan kasar. Aku tidak tahu apa alasannya. Apakah dia cemburu atau dia memang sudah tidak mencintaiku lagi.

***

Aku mengundurkan diri dari tempat kerjaku dan mengikuti kemauan suamiku untuk fokus menjaga dan  merawat anakku yang masih berumur 5 tahun. Sudah kurang lebih tiga bulan aku mengikuti keinginan suamiku, tapi sikapnya secara bijaksana tidak jauh beda  dengan sebelumnya keegoisannya masih sama seperti di saat aku masih bekerja.

Karena aku tidak begitu sabar untuk menghadapi hidup dengan caranya , aku meminta cerai padanya. Dia mengijinkanku untuk bercerai tapi dengan syarat bila aku memilih anakku, sebagai hak asuh sepenuhnya, harta atau rumah yang sudah kami bangun bersama sama akan menjadi milik suamiku sepenuhnya. Dan sebaliknya, bila aku memilih harta atau rumah, hak asuh anakku adalah suamiku. 

***

Meskipun aku tidak punya uang dan aku juga belum tahu kedepannya akan seperti apa. Apakah nanti aku bisa menjaganya atau merawatnya dengan baik atau tidak. Tapi aku tetap mengikuti hatiku sebagai seorang ibu. Aku memilih anakku bukan hartaku.

Karena bagiku harta dan segalanya dalam hidupku adalah anakku. Alhamdulillah selama dua bulan aku di banting saudara- saudaraku untuk membiayai hidupku dan anakku. Dan sekarang aku sudah mendapatkan pekerjaan sebagai accounting  walaupun penghasilanku tidak begitu besar dibandingkan dengan pekerjaanku sebelumnya.

Tapi rasanya hatiku ini begitu sangat senang sekali. Semangatku bekerja tumbuh begitu besar karena aku sangat mencintai anakku. Dan alhamdulillah juga ibuku dengan senang hati menemani anakku di waktu aku sedang bekerja.

***

Karena dosaku, karena ibadahku.

Aku percaya.

Ini adalah kehidupan yang adil dan yang terbaik yang di berikan oleh Tuhan untuk aku dan anakku.

Baca Juga Puisi Rindu

Itulah tadi cerpen cerpen dewasa yang semoga bisa di renungkan kemudian diambil pelajaran darinya. Semoga bisa menginspirasi pembaca dan memberikan manfaat.

Tinggalkan komentar